KONSEP RAJA
DALAM HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
Dan 7:13-14; Why 1:5-8; Yoh
18:33b-37
Misa Hari Raya Kristus Raja Semesta
Alam,
di Soverdi Surabaya, Minggu 25
November 2012
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Seorang Raja dalam menjalankan Kerajaannya harus memenuhi ketiga syarat berikut. Sebuah Kerajaan mempunyai wilayah kekuasaannya. Sebuah Kerajaan memiliki warga atau penduduknya. Sebuah Kerajaan memiliki aturan yang mengatur untuk kebaikan bersama dan keselamatan bersama.
Yesus adalah Raja Semesta Alam. Yesus sebagai Raja memiliki Wilayah, memiliki anggota dan memiliki aturan yang mengatur anggota. Wilayahnya adalah wilayah dalam arti rohani atau spiritual. Di mana saja orang yang percaya kepadaNya adalah merupakan wilayahNya. AnggotanNya adalah setiap orang yang mendengarkan Sabda Kebenaran Allah adalah saudara-saudariNya. Aturan yang mengatur adalah hukum Cinta Kasih dalam Pelayanan sebagai terang dan garam dunia.
Dalam konteks seperti ini saya melihat Raja sebagai pemimpin. Karena Kerajaan direfleksikan dalam konteks Indonesia rasanya kurang kontekstual. Lebih kontekstual kalau Kerajaan itu dipandang dalam kacamata kepemimpinan. Dua wilayah atau Konteks kepemimpinan itu adalah konteks kepemimpinan sipil maupun spiritual.
Kompas, Sabtu, 24 November 2012, hal. 2, menulis tentang pemimpin masa lalu dan pemimpin sekarang serta pemimpin masa depan, yang diharapkan di Indonesia adalah sebagai berikut.
Kompas, Sabtu, 24 November 2012, hal. 2, menulis tentang pemimpin masa lalu dan pemimpin sekarang serta pemimpin masa depan, yang diharapkan di Indonesia adalah sebagai berikut.
Pemimpin
masa lalu dan sekarang adalah pemimpin yang hanya membangun Jawa dan Sumatera
dan pembangunan berdasarkan Anggaran Pendapatan Daerah Bruto, bukan berdasarkan
pemerataan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka pemimpin masa
depan, harus membangun Indonesia berdasarkan pemerataan negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemimpin masa lalu dan sekarang menjadi pemimpin mengejar
kekuasaan bukan melayani masyarakat umum untuk kesejahteraan bersama. Maka pemimpin
masa yang akan datang diharapkan memimpin untuk melayani masyarakat umum untuk
kesejahteraan yang adil dan merata. Dalam konteks seperti ini kita bertanya,
apa yang membedakan pemimpin sipil dengan pemimpin rohani?
Pemimpin
Rohani memiliki kewibawaàn karena memimpin untuk melayani umat demi
kesejahteraan bersama dan keselamatan umat melintas batas, bukan mencari
kekuasaan, mencari nama, dan mencari harta kekayaan duniawi. Kata
dan perbuatan pemimpin rohani yang senantiasa dijiwai kebenaran dan kebaikan,
kejujuran dan transparansi manajemen, merupakan harapan umat pada
umumnya.
Pemimpin
Rohani yang memiliki karakter pemimpin yang demikian adalah Yesus sendiri. Mana
buktinya? Yesus menegaskan diri sebagai pemimpin spiritual yang
diandalkan. Yesus berkata kepada Pilatus : "... Aku adalah raja. Untuk itulah Aku datang ke dunia ini, yakni
untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari
kebenaran mendengarkan suara-Ku." Yesus adalah Raja Kebenaran bukan raja
kebohongan, kepalsuan, ketidakadilan, pemerasan, penindasan. Setiap orang yang baik dan benar berdasarkan
kehendak Yesus, mendengarkan SabdaNya yaitu Sabda Kebenaran. Tetapi setiap
orang yang berbohong, memeras, menindas, melawan kehendak Yesus.
Kebenaran,
kejujuran, transparansi, keadilan, kebaikan adalah soal manjemen hati nurani.
Ekspresinya tampak di dalam realitas konkret sehari-hari dalam relasi sosial
dengan sesama dan dengan Tuhan. Orang yang memiliki dan mengekspresikan
nilai-nilai itu adalah orang yang memberi tempat di hatinya bagi Kerajaan Allah.
Nilai itu adalah milik Allah dan hadir di dalam Yesus sebagai kehadiran Allah
yang ilahi sekaligus insani, transenden sekaligus imanen, yang jauh sekaligus
dekat, yang di surga sekaligus di bumi. Nilai-nilai itu adalah nilai universal.
Maksudnya nilai – nilai Kerajaan Allah
itu diterima dan diharapkan oleh semua orang melintas batas.
Pemimpin
yang memiliki nilai-nilai universal itu untuk kepentingan bersama, untuk
kebaikan bersama, serta untuk
keselamatan umum, selalu menjadi cita-cita setiap manusia sepanjang zaman. Masa
berlaku nilai Kerajaan Allah itu adalah sepanjang zaman, abadi. Maka tepat,
Kerajaan Yesus adalah Kerajaan yang dijiwai Kerajaan Allah, yang mengalirkan
nilai-nilai universal, sepanjang ségala abad. KerajaanNya adalah kekal, alfa
dan omega. Karena itulah kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Kita
adalah pemimpin. Pertama-tama adalah menjadi pemimpin diri sendiri. Memimpin
diri dalam takaran kepemimpinan Yesus sebagai model pokok iman kita kepadaNya. Kepemimpinan
Yesus secara terpusat pada keselamatan universal melintas batas. Sebagai orang
yang beriman kepada Yesus, kita menjadi pemimpin diri dan sesama untuk
keselamatan universal. Ketika kita menjadi pribadi yang memimpin untuk
keselamatan umum melintas batas,maka Kerajaan Allah bertumbuh dan berkembang di
dalam hidup dan lingkungan kita. Sebaliknya ketika kita memiliki pikiran yang
sangat etnik, kita menjadi peluang subur bagi bertumbuhnya Kerajaan setan dan
iblis yang menghancurkan.
Kita adalah Raja untuk diri sendiri. Kita Raja Kebenaran atau raja kejahatan?
Kita adalah Raja untuk diri sendiri. Kita Raja Kebenaran atau raja kejahatan?