PINTU RUMAH TERBUKA
BAGI ANAK DARI RANTAUAN
Yoh
6:37-43
Homili
di Krematorium
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Pintu Rumah orang tua yang baik
dan penuh kasih kepada anaknya, selalu terbuka setiap saat bagi anaknya yang datang
dari rantauan. Menjadi pertanyaan adalah apakah ketika anaknya melakukan
kejahatan yang paling memalukan orang tua lalu lari meninggalkan kedua orang
tua ke tanah rantau, pintu rumah orang tua selalu terbuka menanti dengan penuh
rindu akan kedatangan anaknya yang telah lama tanpa informasi di rantauan?
Pintu
Rahim terbuka melahirkan dan mengutus kita datang ke dunia. Pintu hati orang tua selalu terbuka sambut kita
anaknya dari tanah rantau. Sejelek dan sejahat apapun yang dilakukan anak
terhadap orang tua lalu pergi meninggalkan orang tua dalam waktu yang lama,
orang tua yang sungguh mencintai anaknya senantiasa rindu dan berharap akan
kedatangan anaknya dari rantauan ke pangkuan kedua orang tuanya. Artinya bahwa
orang tua tidak menghendaki anaknya pergi menghilang untuk selamanya melainkan
anak miliknya kembali kepadanya.
Secara
fisik kita milik orang tua yang melahirkan kita. Secara iman kita adalah milik
Allah yang dititipkan kepada kedua orang
tua kita. Kita menyebut bahwa kedua orang tua adalah Tuhan Allah yang
kelihatan. Kalau orang tua kita pasti menghendaki kita anaknya tidak hilang baik
secara fisik, psikis dan sosial, maka Allan Bapa yang menciptakan kita dan
menjadi milikNya dengan kasihNya yang sempurna mengasihi kita dalam genggaman
kasihNya. Tuhan yang telah mengutus kita dari Rumah di Surga ke dalam rumah
manusia di dunia melalui kedua orang tua, pada waktunya Tuhan meminta kita
kembali ke pangkuanNya di Surga untuk mengalami sukacita abadi di dalam Surga
sebagai rumah abadi di dalam Surga. Kita datang ke dunia melalui kelahiran
fisik. Kita datang ke Surga melalui dikandung di dalam rahim ibu pertiwi lalu
dilahirkan kembali secara rohani ke dalam rumah Bapa di Surga.
Maka
ketika kita sedang berduka karena seorang sahabat atau saudara pergi
meninggalkan kita kembali ke Rumah Bapa ke dalam rahim Allah Bapa di Surga melalui
jalan rahim Ibu Pertiwi sebagai satu-satunya jalan yang kita semua akan lalui,
kita boleh berduka sebagai manusia atas kehilangan fisik, tetapi kita tetap
punya iman, harap dan kasih kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya nama yang
memberikan keselamatan (Kis 4 :12) dan sebagai jalan kebenaran menuju Surga
(Yoh 14 : 1-6).
Yesus
sebagai satu-satunya jalan keselamatan yang diberikan Bapa kepada kita agar
melalui AnakNya yang tunggal itu kita kembali kepada Bapa di Surga sebagai
pemilik kita semua yang berasal dari Bapa melalui terminal rahim orang tua kita
terus menuju terminal dunia. Yesus
anakNya yang tunggal diberikan kepada kita melayani kita untuk menyelamatkan
kita dengan menderita dan wafat pada kayu salib, kemudian bangkit dari alam
maut sebagai tanda kemenangan Tuhan atas maut yang tidak dapat menguasaiNya.
Itulah cinta sempurna Allah kepada dunia dan kita manusia dalam diri Yesus yang
menyerahkan diri sehabis-habisnya untuk kehidupan kita.
Setiap
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
dan melaksanakan Sabda Allah dalam hidup baik dalam suka maupun duka,
sudah dapat tidak diragukan lagi bahwa Surga tetap terbuka baginya. St. Petrus
yang memegang Kunci Surga akan membuka pintu baginya karena syarat masuk surga
sudah dipenuhi selama hidupnya di dunia ini. Syarat itu adalah percaya kepada
Tuhan dan melaksanakan Sabda Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
sehari-hari.
Kasih Yesus
yang menghidupkan dan membangkitkan kita dan semua orang itulah semestinya kita
hidupi dan kembangkan di dalam karya pelayanan kita baik kategorial maupun
teritorial. Ketika kita menjadi orang
yang hadir di dalam kebersamaan sebagai pembangkit semangat dan membawa
kehidupan bagi sesama berarti kita hadir sebagai biofil sebagaimana yang
diproklamasikan oleh Eric Form. Tetapi ketika kita hadir sebagai pembawa
kesulitan, penederitaan kepada sesama itu berarti kehadiran kita bagi sesama
bukan menyelamatkan tetapi sebaliknya justru mematikan sesama, maka keberadaan
kita bukan membawa berkat bagi sesama tetapi menjadi pribadi nekrofile yaitu
dikuasai oleh daya-daya iblis yang memandu kita menuju kehancuran moral dan
pertobatan kita.