Minggu, Maret 24, 2013

Raja Naik Keledai Pinjaman : Perpspektif Teori Pertukaran Sosial


“RAJA DAMAI NAIK KELEDAI  PINJAMAN”

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013
Luk 19 : 28 – 40
Yes 50 : 4 – 7
Mzm 22 : 8 – 9.17-18a.19-20.23-24
Flp 2 : 6 – 11
Luk 22 : 14 – 23: 56
(Singkat 23 : 1 – 49)


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD  


Apa perbedaan antara pemimpin sipil dengan pemimpin spiritual? Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Pemimpin dunia ketika berjalan menuju tahkta kepemimpinan dengan meminjam harta kuasa suara rakyat  yang menjadi kendaraannya menuju istana kepemimpinan dan setelah tiba di menara istana menikmati harta kuasa suara rakyat yang dipinjamkannya itu lalu lupa mengembalikan harta kuasa suara rakyat itu kepada rakyat yang mengharapkan pemimpin memberikan keamanan, kedamaian, keadilan serta kesejahteraan.  Sedangkan Pemimpin Spiritual terpilih dengan meminjam harta suara domba-dombanya yang menjadi kendaraan pinjaman menuju istana kepemimpinan religius atau spiritual, dan setelah tiba di istana religius, mengembalikan pinjaman itu kepada umatnya yang mengharapkan pelayanan yang utuh yaitu kebaikan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua orang lintas batas.
Injil Lukas 19 : 28 – 40 hari ini berbicara tentang Keledai Pinjaman yang menjadi kendaraan Tuhan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem. Pemilik Keledai adalah seorang yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang sederhana. Dia meminjamkan keledei milik kepunyaannya itu kepada Tuhan untuk digunakan. Dia tergolong umat yang dengan tulus dan ikhlas meminjamkan kendaraan itu kepada Raja Damai. Dia yakin bahwa  Raja Damai akan segera mengembalikan keledeainya setelah digunakan, sesuai kata-kata para murid yang disuruh Yesus untuk meminjam keledai itu. Yesus hanya sekali saja merayakan perarakan memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai pinjaman. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan di dalam sejarah keselamatan yang terjadi di dalam diri Tuhan Yesus. Sebuah peristiwa peminjaman keledai dari sebuah keluarga, sebagai kendaraan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem, dalam menjalankan misi keselamatan bagi seluruh dunia.
Peminjaman keledai dari sebuah keluarga untuk kendaraan Yesus masuk Yerusalem untuk melaksanakan Kisah SengsaraNya, kematianNya serta kebangkitanNya sebagai puncak keselamatan semua orang dan kemudian mengembalikan  Keledai itu kepada pemiliknya, memberikan makna yang sangat mendalam untuk sebuah renungan kita secara kontekstual. Yesus adalah Raja Damai yang sangat sederhana. KesederhanaanNya dibuktikan dengan meminjam Keledai sebagai kendaraan bagiNya dalam perarakan menuju Yerusalem. PerarakanNya itu disertai lambaian dedaunan palem yang hijau, simbol kesejukan dan kedamaian serta keamanan bagi banyak orang lintas batas. Warna liturgi merah yang mengiringi perarakan Minggu Palma adalah ungkapan arti keberanian Raja Damai yang membawa kebenaran bahwa Dia adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi bangsa Israel yang sedang menantikan kedatanganNya. Warna merah liturgi Minggu Palma mau menyatakan bahwa demi kebenaran, kebaikan dan keselamatan semua orang, Yesus berani menderita, wafat dan bangkit dari alam maut.
Keledai Raja Damai yang mengantarNya menuju Yerusalem, dikembalikan kepada pemilik Keledai dalam nilai yang lain. Dalam sosiologi dikenal dengan teori pertukaran Sosial. Pemilik Keledai memberikan Keledainya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengembalikan atau memberikan nilai yang paling luhur yaitu keledai keselatamatan universal yang terwujud dalam jembatan jalan salib Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, keselamatan dan kehidupan bagi semua orang lintas batas.
Penderitaan Salib Tuhan Yesus memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan aneka penderitaan yang manusia alami di dalam hidupnya. Penderitaan manusia tidak selamanya datang dari kesalahan dan dosa orang lain. Penderitaan manusia seringkali datangnya dari kesalahan dan dosa diri sendiri. Tetapi penderitaan Salib Tuhan Yesus senantiasa asalnya dari kesalahan dan dosa-dosa orang lain yaitu umat manusia, bukan datang dari diriNya sendiri.
Bacaan Pertama tentang penderitaan seorang Hamba YAHWE yang bukan karena kesalahannya tetapi kesalahan dan dosa yang lain. Hamba YAHWE itu terwujud di dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Ramalan derita seorang Hamba YAHWE itu terlaksana dan terpenuhi di dalam diri Tuhan Yesus sendiri.
Mazmur tanggapan hari ini memuat tentang doa seseorang Hamba YAHWE yang menderita karena bukan kesalahan dan dosanya tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain untuk keselamatan banyak orang lintas batas. Mazmur ini tentang doa permohonan akan kekuatan dan pertolongan Allah untuk tetap kuat dan teguh dalam menanggung penderitaan demi keselamatan banyak orang. Tuhan mendengarkan doa orang benar yang menderita demi kebenaran dan kebaikan serta keselamatan banyak orang. Tuhan mengabulkan doa orang yang menderita untuk menyelamatkan banyak orang lintas batas.
Kekuatan dalam derita untuk kebaikan, kebenaran dan keselamatan banyak orang, datangnya dari  berkat Allah dan upaya pribadi manusia yang menjalani pengosongan diri sehingga diri pribadi bukan dipenuhi dengan segala kekuatan diri pribadi manusiawi tetapi kekuatan itu berasal dari kekuatan Allah sendiri di dalam hati manusia. Pengosongan diri untuk Tuhan menyimpan kekuatanNya yang menyelamatkan semua orang lintas batas itulah yang memberikan kekuatan bagi orang baik dan benar yang menderita bagi keselamatan banyak orang. Bacaan kedua hari ini menekankan pengosongan diri bagi kekuatan Allah menetap di dalam diri dalam menanggung banyak penderitaan untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Bacaan Injil Kisah Sengsara hari Minggu Palma ini mempertegas penderitaan yang unik antara penderitaan dua penjahat dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penjahat sendiri mengakui bahwa Yesus menderita di Salib bukan karena kesalahanNya dan dosaNya  sedangkan dua penjahat itu disalibkan karena dosa-dosanya dan kesalahannya sendiri.  Yesus menderita karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang lintas batas. Sedangkan dua penjahat itu menderita karena kesalahan dan dosanya secara pribadi.
Kita seringkali menggeneralisir penderitaan yang kita alami serupa derita Tuhan Yesus. Karena itu ketika kita terus hidup dalam kubangan derita yang lama dialami, seringkali kita bukan mencari solusi tetapi menyalahkan Tuhan. Kita perlu dengan budi yang jernih dan hati yang bening, membedah derita yang sedang kita alami. Dalam keadaan seperti itu kita barangkali menjadi orang yang kritis terhadap setiap penderitaan yang kita alami, bahwa ada penderitaan yang kita alami karena kesalahan kita dan kelalaian kita sendiri. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari luar diri kita. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari sesama kita. Ada derita yang semestinya kita alami dalam tugas dan karya perutusan serta panggilan kita dengan arah tujuan yang jelas yaitu untuk menyelamatkan banyak orang, untuk kebaikan dan kebenaran bersama. Derita yang terakhir inilah dapat kita identikan dengan Derita Yesus untuk keselamatan banyak orang lintas batas.

Derita Yesus vs Derita Dua Yg Disalibkan


“RAJA DAMAI NAIK KELEDAI  PINJAMAN”

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013
Luk 19 : 28 – 40
Yes 50 : 4 – 7
Mzm 22 : 8 – 9.17-18a.19-20.23-24
Flp 2 : 6 – 11
Luk 22 : 14 – 23: 56
(Singkat 23 : 1 – 49)


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD  


Apa perbedaan antara pemimpin sipil dengan pemimpin spiritual? Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Pemimpin dunia ketika berjalan menuju tahkta kepemimpinan dengan meminjam harta kuasa suara rakyat  yang menjadi kendaraannya menuju istana kepemimpinan dan setelah tiba di menara istana menikmati harta kuasa suara rakyat yang dipinjamkannya itu lalu lupa mengembalikan harta kuasa suara rakyat itu kepada rakyat yang mengharapkan pemimpin memberikan keamanan, kedamaian, keadilan serta kesejahteraan.  Sedangkan Pemimpin Spiritual terpilih dengan meminjam harta suara domba-dombanya yang menjadi kendaraan pinjaman menuju istana kepemimpinan religius atau spiritual, dan setelah tiba di istana religius, mengembalikan pinjaman itu kepada umatnya yang mengharapkan pelayanan yang utuh yaitu kebaikan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua orang lintas batas.
Injil Lukas 19 : 28 – 40 hari ini berbicara tentang Keledai Pinjaman yang menjadi kendaraan Tuhan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem. Pemilik Keledai adalah seorang yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang sederhana. Dia meminjamkan keledei milik kepunyaannya itu kepada Tuhan untuk digunakan. Dia tergolong umat yang dengan tulus dan ikhlas meminjamkan kendaraan itu kepada Raja Damai. Dia yakin bahwa  Raja Damai akan segera mengembalikan keledeainya setelah digunakan, sesuai kata-kata para murid yang disuruh Yesus untuk meminjam keledai itu. Yesus hanya sekali saja merayakan perarakan memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai pinjaman. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan di dalam sejarah keselamatan yang terjadi di dalam diri Tuhan Yesus. Sebuah peristiwa peminjaman keledai dari sebuah keluarga, sebagai kendaraan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem, dalam menjalankan misi keselamatan bagi seluruh dunia.
Peminjaman keledai dari sebuah keluarga untuk kendaraan Yesus masuk Yerusalem untuk melaksanakan Kisah SengsaraNya, kematianNya serta kebangkitanNya sebagai puncak keselamatan semua orang dan kemudian mengembalikan  Keledai itu kepada pemiliknya, memberikan makna yang sangat mendalam untuk sebuah renungan kita secara kontekstual. Yesus adalah Raja Damai yang sangat sederhana. KesederhanaanNya dibuktikan dengan meminjam Keledai sebagai kendaraan bagiNya dalam perarakan menuju Yerusalem. PerarakanNya itu disertai lambaian dedaunan palem yang hijau, simbol kesejukan dan kedamaian serta keamanan bagi banyak orang lintas batas. Warna liturgi merah yang mengiringi perarakan Minggu Palma adalah ungkapan arti keberanian Raja Damai yang membawa kebenaran bahwa Dia adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi bangsa Israel yang sedang menantikan kedatanganNya. Warna merah liturgi Minggu Palma mau menyatakan bahwa demi kebenaran, kebaikan dan keselamatan semua orang, Yesus berani menderita, wafat dan bangkit dari alam maut.
Keledai Raja Damai yang mengantarNya menuju Yerusalem, dikembalikan kepada pemilik Keledai dalam nilai yang lain. Dalam sosiologi dikenal dengan teori pertukaran Sosial. Pemilik Keledai memberikan Keledainya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengembalikan atau memberikan nilai yang paling luhur yaitu keledai keselatamatan universal yang terwujud dalam jembatan jalan salib Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, keselamatan dan kehidupan bagi semua orang lintas batas.
Penderitaan Salib Tuhan Yesus memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan aneka penderitaan yang manusia alami di dalam hidupnya. Penderitaan manusia tidak selamanya datang dari kesalahan dan dosa orang lain. Penderitaan manusia seringkali datangnya dari kesalahan dan dosa diri sendiri. Tetapi penderitaan Salib Tuhan Yesus senantiasa asalnya dari kesalahan dan dosa-dosa orang lain yaitu umat manusia, bukan datang dari diriNya sendiri.
Bacaan Pertama tentang penderitaan seorang Hamba YAHWE yang bukan karena kesalahannya tetapi kesalahan dan dosa yang lain. Hamba YAHWE itu terwujud di dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Ramalan derita seorang Hamba YAHWE itu terlaksana dan terpenuhi di dalam diri Tuhan Yesus sendiri.
Mazmur tanggapan hari ini memuat tentang doa seseorang Hamba YAHWE yang menderita karena bukan kesalahan dan dosanya tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain untuk keselamatan banyak orang lintas batas. Mazmur ini tentang doa permohonan akan kekuatan dan pertolongan Allah untuk tetap kuat dan teguh dalam menanggung penderitaan demi keselamatan banyak orang. Tuhan mendengarkan doa orang benar yang menderita demi kebenaran dan kebaikan serta keselamatan banyak orang. Tuhan mengabulkan doa orang yang menderita untuk menyelamatkan banyak orang lintas batas.
Kekuatan dalam derita untuk kebaikan, kebenaran dan keselamatan banyak orang, datangnya dari  berkat Allah dan upaya pribadi manusia yang menjalani pengosongan diri sehingga diri pribadi bukan dipenuhi dengan segala kekuatan diri pribadi manusiawi tetapi kekuatan itu berasal dari kekuatan Allah sendiri di dalam hati manusia. Pengosongan diri untuk Tuhan menyimpan kekuatanNya yang menyelamatkan semua orang lintas batas itulah yang memberikan kekuatan bagi orang baik dan benar yang menderita bagi keselamatan banyak orang. Bacaan kedua hari ini menekankan pengosongan diri bagi kekuatan Allah menetap di dalam diri dalam menanggung banyak penderitaan untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Bacaan Injil Kisah Sengsara hari Minggu Palma ini mempertegas penderitaan yang unik antara penderitaan dua penjahat dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penjahat sendiri mengakui bahwa Yesus menderita di Salib bukan karena kesalahanNya dan dosaNya  sedangkan dua penjahat itu disalibkan karena dosa-dosanya dan kesalahannya sendiri.  Yesus menderita karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang lintas batas. Sedangkan dua penjahat itu menderita karena kesalahan dan dosanya secara pribadi.
Kita seringkali menggeneralisir penderitaan yang kita alami serupa derita Tuhan Yesus. Karena itu ketika kita terus hidup dalam kubangan derita yang lama dialami, seringkali kita bukan mencari solusi tetapi menyalahkan Tuhan. Kita perlu dengan budi yang jernih dan hati yang bening, membedah derita yang sedang kita alami. Dalam keadaan seperti itu kita barangkali menjadi orang yang kritis terhadap setiap penderitaan yang kita alami, bahwa ada penderitaan yang kita alami karena kesalahan kita dan kelalaian kita sendiri. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari luar diri kita. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari sesama kita. Ada derita yang semestinya kita alami dalam tugas dan karya perutusan serta panggilan kita dengan arah tujuan yang jelas yaitu untuk menyelamatkan banyak orang, untuk kebaikan dan kebenaran bersama. Derita yang terakhir inilah dapat kita identikan dengan Derita Yesus untuk keselamatan banyak orang lintas batas.

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013


“RAJA DAMAI NAIK KELEDAI  PINJAMAN”

Homili Minggu Palma 24 Maret 2013
Luk 19 : 28 – 40
Yes 50 : 4 – 7
Mzm 22 : 8 – 9.17-18a.19-20.23-24
Flp 2 : 6 – 11
Luk 22 : 14 – 23: 56
(Singkat 23 : 1 – 49)


P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD  


Apa perbedaan antara pemimpin sipil dengan pemimpin spiritual? Perbedaannya sesungguhnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Pemimpin dunia ketika berjalan menuju tahkta kepemimpinan dengan meminjam harta kuasa suara rakyat  yang menjadi kendaraannya menuju istana kepemimpinan dan setelah tiba di menara istana menikmati harta kuasa suara rakyat yang dipinjamkannya itu lalu lupa mengembalikan harta kuasa suara rakyat itu kepada rakyat yang mengharapkan pemimpin memberikan keamanan, kedamaian, keadilan serta kesejahteraan.  Sedangkan Pemimpin Spiritual terpilih dengan meminjam harta suara domba-dombanya yang menjadi kendaraan pinjaman menuju istana kepemimpinan religius atau spiritual, dan setelah tiba di istana religius, mengembalikan pinjaman itu kepada umatnya yang mengharapkan pelayanan yang utuh yaitu kebaikan, kebenaran, kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua orang lintas batas.
Injil Lukas 19 : 28 – 40 hari ini berbicara tentang Keledai Pinjaman yang menjadi kendaraan Tuhan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem. Pemilik Keledai adalah seorang yang percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Raja Damai yang sederhana. Dia meminjamkan keledei milik kepunyaannya itu kepada Tuhan untuk digunakan. Dia tergolong umat yang dengan tulus dan ikhlas meminjamkan kendaraan itu kepada Raja Damai. Dia yakin bahwa  Raja Damai akan segera mengembalikan keledeainya setelah digunakan, sesuai kata-kata para murid yang disuruh Yesus untuk meminjam keledai itu. Yesus hanya sekali saja merayakan perarakan memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai pinjaman. Sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan di dalam sejarah keselamatan yang terjadi di dalam diri Tuhan Yesus. Sebuah peristiwa peminjaman keledai dari sebuah keluarga, sebagai kendaraan Yesus Raja Damai memasuki Yerusalem, dalam menjalankan misi keselamatan bagi seluruh dunia.
Peminjaman keledai dari sebuah keluarga untuk kendaraan Yesus masuk Yerusalem untuk melaksanakan Kisah SengsaraNya, kematianNya serta kebangkitanNya sebagai puncak keselamatan semua orang dan kemudian mengembalikan  Keledai itu kepada pemiliknya, memberikan makna yang sangat mendalam untuk sebuah renungan kita secara kontekstual. Yesus adalah Raja Damai yang sangat sederhana. KesederhanaanNya dibuktikan dengan meminjam Keledai sebagai kendaraan bagiNya dalam perarakan menuju Yerusalem. PerarakanNya itu disertai lambaian dedaunan palem yang hijau, simbol kesejukan dan kedamaian serta keamanan bagi banyak orang lintas batas. Warna liturgi merah yang mengiringi perarakan Minggu Palma adalah ungkapan arti keberanian Raja Damai yang membawa kebenaran bahwa Dia adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi bangsa Israel yang sedang menantikan kedatanganNya. Warna merah liturgi Minggu Palma mau menyatakan bahwa demi kebenaran, kebaikan dan keselamatan semua orang, Yesus berani menderita, wafat dan bangkit dari alam maut.
Keledai Raja Damai yang mengantarNya menuju Yerusalem, dikembalikan kepada pemilik Keledai dalam nilai yang lain. Dalam sosiologi dikenal dengan teori pertukaran Sosial. Pemilik Keledai memberikan Keledainya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengembalikan atau memberikan nilai yang paling luhur yaitu keledai keselatamatan universal yang terwujud dalam jembatan jalan salib Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, keselamatan dan kehidupan bagi semua orang lintas batas.
Penderitaan Salib Tuhan Yesus memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan aneka penderitaan yang manusia alami di dalam hidupnya. Penderitaan manusia tidak selamanya datang dari kesalahan dan dosa orang lain. Penderitaan manusia seringkali datangnya dari kesalahan dan dosa diri sendiri. Tetapi penderitaan Salib Tuhan Yesus senantiasa asalnya dari kesalahan dan dosa-dosa orang lain yaitu umat manusia, bukan datang dari diriNya sendiri.
Bacaan Pertama tentang penderitaan seorang Hamba YAHWE yang bukan karena kesalahannya tetapi kesalahan dan dosa yang lain. Hamba YAHWE itu terwujud di dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Ramalan derita seorang Hamba YAHWE itu terlaksana dan terpenuhi di dalam diri Tuhan Yesus sendiri.
Mazmur tanggapan hari ini memuat tentang doa seseorang Hamba YAHWE yang menderita karena bukan kesalahan dan dosanya tetapi karena dosa dan kesalahan orang lain untuk keselamatan banyak orang lintas batas. Mazmur ini tentang doa permohonan akan kekuatan dan pertolongan Allah untuk tetap kuat dan teguh dalam menanggung penderitaan demi keselamatan banyak orang. Tuhan mendengarkan doa orang benar yang menderita demi kebenaran dan kebaikan serta keselamatan banyak orang. Tuhan mengabulkan doa orang yang menderita untuk menyelamatkan banyak orang lintas batas.
Kekuatan dalam derita untuk kebaikan, kebenaran dan keselamatan banyak orang, datangnya dari  berkat Allah dan upaya pribadi manusia yang menjalani pengosongan diri sehingga diri pribadi bukan dipenuhi dengan segala kekuatan diri pribadi manusiawi tetapi kekuatan itu berasal dari kekuatan Allah sendiri di dalam hati manusia. Pengosongan diri untuk Tuhan menyimpan kekuatanNya yang menyelamatkan semua orang lintas batas itulah yang memberikan kekuatan bagi orang baik dan benar yang menderita bagi keselamatan banyak orang. Bacaan kedua hari ini menekankan pengosongan diri bagi kekuatan Allah menetap di dalam diri dalam menanggung banyak penderitaan untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang lintas batas.
Bacaan Injil Kisah Sengsara hari Minggu Palma ini mempertegas penderitaan yang unik antara penderitaan dua penjahat dengan penderitaan Tuhan Yesus.  Penjahat sendiri mengakui bahwa Yesus menderita di Salib bukan karena kesalahanNya dan dosaNya  sedangkan dua penjahat itu disalibkan karena dosa-dosanya dan kesalahannya sendiri.  Yesus menderita karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Sabda dan MujizatNya yang menyelamatkan banyak orang lintas batas. Sedangkan dua penjahat itu menderita karena kesalahan dan dosanya secara pribadi.
Kita seringkali menggeneralisir penderitaan yang kita alami serupa derita Tuhan Yesus. Karena itu ketika kita terus hidup dalam kubangan derita yang lama dialami, seringkali kita bukan mencari solusi tetapi menyalahkan Tuhan. Kita perlu dengan budi yang jernih dan hati yang bening, membedah derita yang sedang kita alami. Dalam keadaan seperti itu kita barangkali menjadi orang yang kritis terhadap setiap penderitaan yang kita alami, bahwa ada penderitaan yang kita alami karena kesalahan kita dan kelalaian kita sendiri. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari luar diri kita. Ada derita yang kita alami karena datangnya dari sesama kita. Ada derita yang semestinya kita alami dalam tugas dan karya perutusan serta panggilan kita dengan arah tujuan yang jelas yaitu untuk menyelamatkan banyak orang, untuk kebaikan dan kebenaran bersama. Derita yang terakhir inilah dapat kita identikan dengan Derita Yesus untuk keselamatan banyak orang lintas batas.

Sabtu, Maret 23, 2013

Homili Sabtu 23 Maret 2013



“DEMI KUASA ABADI”

Homili Sabtu 23 Maret 2013
Yeh 37 : 21 – 28
Mzm 31 : 10.11-12ab.13
Yoh 11 : 45 – 56

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

 Kompas Jumat 22 Maret 2013 menurunkan sebuah tulisan yang berisi tentang  penguasa  yang tetap mengabadikan kekuasaannya. Ada dua pendapat yang berbeda menampilkan upaya mempertahankan kekuasaan yang dijalani.  Tokoh Al-Ghazali menampilkan  pendapatnya bahwa untuk mengabadikan kekuasaan, seseorang yang berkuasa semestinya menempuh “jalan kenabian” yang mengutamakan  “ yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah”, untuk kebaikan dan kebenaran serta kepentingan bersama lintas batas. Sebaliknya  Nicollo Machiavelli mengatakan bahwa seseorang dapat mengabadikan kekuasaannya dengan mengutamakan menghalalkan segala cara, termasuk  cara yang tidak  berjalan di atas “jalan moral” hanya untuk kepentingan egoisme kekuasaannya.
Injil hari ini berbicara tentang Kayafas mengabadikan kuasanya. Kehadiran Mujizat Yesus menarik banyak orang Yahudi menjadi percaya kepadaNya dan menjadi pengikutNya. Keberadaan Mujizat Yesus menjadi ancaman terhadap kekuasaan dan kedudukan serta wibawah Kayafas dan orang-orang Farisi serta imam-imam kepala yang tergabung di dalam kelompok Sanhedrin yang dikepalai Imam Besar Kayafas. Demi kuasa mereka tetap eksis tidak tersaingi maka mereka duduk berkumpul mengambil keputusan menyingkir Yesus dengan membunuhNya. Kayafas mengambil keputusan untuk membunuh Tuhan Yesus : “Lebih baik satu orang mati dari pada seluruh bangsa mati”. Keputusan ini tertulis di dalam Yoh 11 : 56. Hal ini memperjelas kisah sengsara yang akan kita ikuti dalam Minggu Palma dan Jumat Agung. Dalam Kisah Sengsara itu, tidak ada lagi proses pengadilan untuk membunuh Yesus karena sudah diputuskan dalam rapat Sanhedrin seperti tertulis dalam  Yoh 11 : 56.  Keputusan itu adalah sebuah keputusan yang mematikan kebaikan dan kebenaran untuk keselamatan bersama, hanya demi kuasa duniawi senantiasa berlangsung, di atas korban dan penderitaan orang lain.
Keputusan itu didengar Tuhan Yesus bersama para muridNya. Mereka menyepi ke Kota Efraim menyiapkan diri menanggung konsekuensi sebuah pilihan hidup berjalan di atas “jalan kenabian” dari awal misi hingga akhir hidupNya.
Kita dalam kehidupan bersama mengalami kebersamaan yang memiliki pimpinan dan yang dipimpin. Bawahan atau anggota sebuah kelompok atau komunitas, bisa saja mengalirkan peran “kenabiannya” di dalam karya pelayanannya melalui pengembangan bakat-bakat atau talenta di dalam komunitas maupun di dalam kehidupan bermasyarakat. Pilihan hidup berjalan di atas “jalan kenabian” senantiasa mengalami benturan dengan penguasa atau atasan sipil maupun religius. Benturan itu bisa saja membangun penolakan terhadap pribadi yang mematikan karakter pribadi atau penolakan itu bisa saja menjadi ujian pelayanan kenabian. Semakin emas pelayanan kenabian dibakar dengan api tantangan dan penolakan bahkan ancaman pembunuhan, semakin murni pelayanan kenabian berjalan atas  jalan kenabian yang berani menyuarakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,demi kebaikan dan kebenaran serta keselamatan bersama lintas batas.