Minggu, Mei 05, 2013

Homili Minggu Paskah VI 5 Mei 2013




PERSOALAN HIDUP: Hindari vs Hadapi
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Introduksi

Fokus permenungan kita pada hari Minggu Paskah VI ini adalah Roh Kudus Penolong Kita. Biasanya untuk orang memakai kata Parakleetos  untuk menyebut Roh Kudus. Para artinya dekat. Kleetos artinya menolong. Parakleetos artinya yang dekat yang menolong.
Kita ketika mengahadapi berbagai persoalan, kesulitan, Roh Kudus Sang Penolong Sejati hadir secara nyata di dalam diri sesame di sekitar kita yang setia dan tulus menolong kita untuk mengeluarkan kita dari kesulitan-kesulitan atau persoalan-persoalan yang meliliti kita. Kita mengucapkan terimakasih kepada Roh Kudus Penolong kita yang hadir di dalam diri sesame kita, dan kita berdoa bagi mereka yang menghadirkan Roh Kudus Penolong lewat bantuan dan pertolongan kita. Mereka itu adalah para pendidik, para formator, para pendoa, para donatur atau semua saja yang senantiasa menolong kita, sehingga kita mengalami kesulitan dan dibantu mencari solusi yang tepat sehingga kita hidup dalam damai SejahteraNya.

Homili

Hari Jumat Pertama tanggal 3 Mei 2013  yang lalu, saya meminjam Buku Psikologi Klinis, Menyembuhkan Luka Batin selama bebera saat dan saya membaca beberapa alinea yang sangat menarik dan menyentuh saya. Bukua itu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang persolan hidup yang senantiasa mewarnai perjalanan hidup setiap anak manusia. Persolan itu bisa datag dari luar diri manusia. Persolana itu juga bisa datang dari dalam diri manusia. Persoalan itu bisa sifatnya persoalan pribadi. Persoalan itu juga bisa sifatnya persoalan bersama. Orang yang mengalami persoalan pribadi ataupun persoalan bersama, bisa saja melahirkan dua sikap ini. Orang bisa saja menghindari persoalan pribadi dan persoalan bersama. Tetapi orang juga bisa secara tegas dan pasti menghadapi persoalan pribadi ataupun persoalan bersama.
          Buku itu menawarkan kepada setiap pebaca bahwa yang ideal adalah ketika ada persoalan, orang berani mengahadapi persoalannya. Maka tepat apa yang dikatakan oleh  Misionaris SVD di Pulau Dewata, P. Simon Buis SVD: “Difficulties Exist   to be Overcome”. Artinya Kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada untuk diselesaikan. Kesulitan ada untuk dicari solusinya.
          Bacaan Pertama hari ini menampilkan kehidupan Gereja Perdana sebagai Gereja yang balita, mengalami beraneka persoalan internal, antara anggota Gereja Kristen Perdana yang berasal dari latarbelakang berbangsa Yahudi dengan orang-orang yang berlatarbelakang berbangsa  Yunani atau berasal dari bangsa-bangsa lain. Orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa Yahudi, masih sangat berpegang teguh pada Hukum Musa, yang mengatakan bahwa Hanya Orang bersunat yang diselamatkan. Orang tidak bersunat tidak diselamatkan. Warta orang Yahudi kepada orang Yunani yang sama-sama sudah tinggal di dalam satu Perahu Gereja Kristiani itu, tentu saja melahirkan “Rasa Tersinggung” orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat. Tensi konflik di dalam komunitas Gereja perdana pun tentu saja semakin lama semakin meningkat.
          Mengahadapi persoalan internal Gereja Perdana itu, Para Rasul berdoa memohon bimbingan dan Pertolongan Roh Kudus sebagai Roh Penolong, agar membantu mereka dalam usaha menyelesaikan kesulitan internal yang sedang melanda komunitas Gereja Perdana sebagai umat Kristiani yang sangat balita. Karya Roh Kudus menjadi nyata dan hadir di dalam usaha para rasul dan para penatua dalam usaha mereka menyelesaikan konflik Gereja Perdana itu. Mereka bersama Roh Kudus Penolong, memutuskan bahwa : Keselamatan Allah itu Universal untuk semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat.
          Para Rasul dan Para Penatua mensosilisasikan mensosialisasikan keputusan baru itu untuk memurnikan iman kepada Roh Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan  kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, di dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah yang mewarnai dan menghiasi kehidupan jemaat Kristiani Gereja Perdana.
          Para Rasul dan Para Penatua adalah unggul dalam memanajemen konflik dalam komunitas Gereja Perdana, menjadi model bagi kehidupan komunitas kita dimana saja kita berada dan kita hidup. Mereka ketika ada konflik dan mengalami konflik dalam komunitas, melihat itu sebagai persoalan bersama. Maka mereka duduk bersama dan dalam bimbingan Roh Kudus Penolong, memutuskan solusi bersama, untuk kebaikan bersama. Kita pun mengikuti contoh baik pengalaman para rasul dan para penatua  dalam memanajemen konflik itu,  di dalam kehidupan komunitas kita masing-masing. Seperti para Rasul dan Para Penatua yang menghadapi konflik internal komunitas Gereja Perdana, demikian kita juga kita semestinya tidak menghindari persoalan pribadi atapun persoalan bersama, tetapi berani dan tegas menghadapi persoalan untuk mencari akar persoalan, agar temukan solusi pada akarnya.

Homily Minggu Paskah VI
5 Mei 2013 di Soverdi Surabaya
Kis 15 : 1-2.22-29
Mzm 67
Wyh 21 : 10 – 14.22-23
Yoh 14:23 – 29

http://youtu.be/oOItN-Zcxsw

PERSOALAN HIDUP: Hadapi vs Hindari




PERSOALAN HIDUP: Hindari vs Hadapi
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*
Introduksi

Fokus permenungan kita pada hari Minggu Paskah VI ini adalah Roh Kudus Penolong Kita. Biasanya untuk orang memakai kata Parakleetos  untuk menyebut Roh Kudus. Para artinya dekat. Kleetos artinya menolong. Parakleetos artinya yang dekat yang menolong.
Kita ketika mengahadapi berbagai persoalan, kesulitan, Roh Kudus Sang Penolong Sejati hadir secara nyata di dalam diri sesame di sekitar kita yang setia dan tulus menolong kita untuk mengeluarkan kita dari kesulitan-kesulitan atau persoalan-persoalan yang meliliti kita. Kita mengucapkan terimakasih kepada Roh Kudus Penolong kita yang hadir di dalam diri sesame kita, dan kita berdoa bagi mereka yang menghadirkan Roh Kudus Penolong lewat bantuan dan pertolongan kita. Mereka itu adalah para pendidik, para formator, para pendoa, para donatur atau semua saja yang senantiasa menolong kita, sehingga kita mengalami kesulitan dan dibantu mencari solusi yang tepat sehingga kita hidup dalam damai SejahteraNya.

Homili

Hari Jumat Pertama tanggal 3 Mei 2013  yang lalu, saya meminjam Buku Psikologi Klinis, Menyembuhkan Luka Batin selama bebera saat dan saya membaca beberapa alinea yang sangat menarik dan menyentuh saya. Bukua itu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang persolan hidup yang senantiasa mewarnai perjalanan hidup setiap anak manusia. Persolan itu bisa datag dari luar diri manusia. Persolana itu juga bisa datang dari dalam diri manusia. Persoalan itu bisa sifatnya persoalan pribadi. Persoalan itu juga bisa sifatnya persoalan bersama. Orang yang mengalami persoalan pribadi ataupun persoalan bersama, bisa saja melahirkan dua sikap ini. Orang bisa saja menghindari persoalan pribadi dan persoalan bersama. Tetapi orang juga bisa secara tegas dan pasti menghadapi persoalan pribadi ataupun persoalan bersama.
          Buku itu menawarkan kepada setiap pebaca bahwa yang ideal adalah ketika ada persoalan, orang berani mengahadapi persoalannya. Maka tepat apa yang dikatakan oleh  Misionaris SVD di Pulau Dewata, P. Simon Buis SVD: “Difficulties Exist   to be Overcome”. Artinya Kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada untuk diselesaikan. Kesulitan ada untuk dicari solusinya.
          Bacaan Pertama hari ini menampilkan kehidupan Gereja Perdana sebagai Gereja yang balita, mengalami beraneka persoalan internal, antara anggota Gereja Kristen Perdana yang berasal dari latarbelakang berbangsa Yahudi dengan orang-orang yang berlatarbelakang berbangsa  Yunani atau berasal dari bangsa-bangsa lain. Orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa Yahudi, masih sangat berpegang teguh pada Hukum Musa, yang mengatakan bahwa Hanya Orang bersunat yang diselamatkan. Orang tidak bersunat tidak diselamatkan. Warta orang Yahudi kepada orang Yunani yang sama-sama sudah tinggal di dalam satu Perahu Gereja Kristiani itu, tentu saja melahirkan “Rasa Tersinggung” orang-orang Kristiani yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat. Tensi konflik di dalam komunitas Gereja perdana pun tentu saja semakin lama semakin meningkat.
          Mengahadapi persoalan internal Gereja Perdana itu, Para Rasul berdoa memohon bimbingan dan Pertolongan Roh Kudus sebagai Roh Penolong, agar membantu mereka dalam usaha menyelesaikan kesulitan internal yang sedang melanda komunitas Gereja Perdana sebagai umat Kristiani yang sangat balita. Karya Roh Kudus menjadi nyata dan hadir di dalam usaha para rasul dan para penatua dalam usaha mereka menyelesaikan konflik Gereja Perdana itu. Mereka bersama Roh Kudus Penolong, memutuskan bahwa : Keselamatan Allah itu Universal untuk semua orang baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat.
          Para Rasul dan Para Penatua mensosilisasikan mensosialisasikan keputusan baru itu untuk memurnikan iman kepada Roh Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan  kepada semua orang tanpa membeda-bedakan, di dalam perbedaan sebagai pelangi kehidupan yang indah yang mewarnai dan menghiasi kehidupan jemaat Kristiani Gereja Perdana.
          Para Rasul dan Para Penatua adalah unggul dalam memanajemen konflik dalam komunitas Gereja Perdana, menjadi model bagi kehidupan komunitas kita dimana saja kita berada dan kita hidup. Mereka ketika ada konflik dan mengalami konflik dalam komunitas, melihat itu sebagai persoalan bersama. Maka mereka duduk bersama dan dalam bimbingan Roh Kudus Penolong, memutuskan solusi bersama, untuk kebaikan bersama. Kita pun mengikuti contoh baik pengalaman para rasul dan para penatua  dalam memanajemen konflik itu,  di dalam kehidupan komunitas kita masing-masing. Seperti para Rasul dan Para Penatua yang menghadapi konflik internal komunitas Gereja Perdana, demikian kita juga kita semestinya tidak menghindari persoalan pribadi atapun persoalan bersama, tetapi berani dan tegas menghadapi persoalan untuk mencari akar persoalan, agar temukan solusi pada akarnya.

Homily Minggu Paskah VI
5 Mei 2013 di Soverdi Surabaya
Kis 15 : 1-2.22-29
Mzm 67
Wyh 21 : 10 – 14.22-23
Yoh 14:23 – 29

http://youtu.be/oOItN-Zcxsw

Sabtu, Mei 04, 2013

ROH KUDUS BERKARYA : Batas vs Lintas Batas


ROH KUDUS BERKARYA : Meluas vs Menyempit
*P. Beny  Mali, SVD*
Karikatur karikatur dalam Koran Kompas dan Jawa Pos beberapa Minggu terakhir ini menampilkan Kekuasaan Yudikatif, Eksekutif dan Legislatif, yang jauh dari warna negarawan, tetapi hanya dijiwai oleh politisi. Seorang negarawan berkuasa untuk mengutamakan kemakmuran dan kesejahteraan serta keselamatan bersama. Sebaliknya seorang politisi lebih menjadikan kepentingan pribadi sebagai subyek dalam seluruh kekuasaannya. Misalnya karikatur hari Sabtu Lalu tanggal 27 April 2013, dalam opini Jawa Pos, menampilkan caleg yang berasal dari satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, lalu di pojok kiri atas tertulis “Mari kita perjuangkan dan pertahankan Negara Keluarga Republik Indonesia (NKRI)”.
Opini Kompas Sabtu 6 April 2013 menurunkan Karikatur tentang pemimpin yang politisi bukan negarawan. Karikatur Kompas itu melukiskan penguasa politisi yang mengutamakan kepentingan partainya daripada kepentingan seluruh rakyat Negara Republik Indonesia. Kalau caleg yang berasal dari satu keluarga itu kelak terpilih karena memiliki keuangan yang cukup untuk membeli suara dalam pileg, maka saya yakin hampir seratus persen, mereka hanya memperjuangkan kesejahteraan keluarganya, dan kesejahteraan anak, cucu mereka, mengabaikan kesejahteraan seluruh rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Artinya Karya keselamatan yang mereka bangun adalah karta keselamatan keluarga bukan karya keselamatan umum. Mereka menyempitkan keselamatan hanya pada lingkup keluarga mereka, menutupi pintu keselamatan bagi semua orang lintas batas.
Bacaan pertama hari ini sangat kontras dengan pemahaman Karikatur itu yang menyempitkan keselamatan hanya pada keluarga, tidak mengutamakan keselamatan yang meluas kepada semua orang lintas batas.  Karya Roh Kudus Allah yang membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas, sungguh-sungguh menjadi nyata di dalam karya Paulus dan Silas. Mereka mewartakan Kristus Yang Bangkit, dibimbing oleh Roh Kudus Kristus Yang Bangkit, pergi kepada bangsa-bangsa, Asia dan bahkan sampai Eropa mewartakan Kebangkitan Kristus dan disambut secara positif sehingga anggota Gereja Kristiani semakin hari semakin berkembang baik dalam jumlah maupun dalam mutunya.  
Keunikan Kristiani berbeda dengan Agama Yahudi. Orang Yahudi menyempitkan karya keselamatan Allah hanya pada keluarga bangsa Yahudi. Mereka berpandangan bahwa orang di luar bangsa Yahudi adalah orang kafir yang jauh dari keselamatan Allah. Sebaliknya Orang Kristiani adalah orang yang memiliki pemahaman bahwa Keselamatan itu meluas melanggar batas-batas yang dipahami agama Yahudi. Hal itu terbukti di dalam pewartaan para rasul dan para murid tentang kebangkitan Kristus, dan mujizat yang mereka lakukan di dalam nama Yesus.
Perbedaan pola pemahaman tentang keselamatan antara orang Yahudi dengan orang Kristiani inilah menjadi latarbelakang kelahiran Agama Kristiani. Kisah Para Rasul 11 : 26, menulis bahwa Kekristenan pertama kali lahir di Anthiokia. Agama ini menjadi antitesis terhadap Agama Yahudi. Agama Yahudi sebagai Agama Senior merasa diri dihina oleh Agama Yunior atau agama balita. Ada berbagai penolakan dan bahkan penganiayaan terjadi atas agama balita itu. Wilayah teritori Yahudi menjadi sebuah wilayah yang sulit bagi Agama Kristen terus berkembang. Maka pola pemahaman bahwa Keselamatan Kristus yang bersifat universal, menjadi daya kekuatan dan keberanian dalam usaha orang Kristiani perdana untuk menyebarkan Agama Kristen di luar wilayah Yahudi.
Paulus dan Silas membuktikan itu dengan usaha mereka mewartakan Agama Kristiani dari Asia menuju Makedonia dalam mendengarkan Roh Kudus yang menuntun mereka dan memberkati setiap perjuangan mereka dalam mewartakan Agama Kristen yang menganut kepercayaan kepada Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan yang meluas, bukan menyempit, sebagai contoh antitesis terhadap pemahaman keselamatan Agama Yahudi.
Kita sebagai imam dan suster, belajar pada pengalaman misi Paulus dan Silas yang mendengarkan Roh Kudus yang berkarya meluas lintas batas, dan berjalan di dalam tuntunanNya untuk satu tujuan yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas, yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Karya Keselamatan Roh Kristus yang bersifat universal itu pertama-tama kita hayati secara kedalam sebagai pribadi yang berimna kepada Kristus, kemudian secara ke dalam komunitas biara, dan itu menjadi basis kesaksian kita, untuk secara keluar dalam melayani semua orang langgar batas, untuk menyelamatkan semua orang. Hanya dengan itu kita menghadirkan karya Roh Kudus yang membawa sukacita dan kebahagiaan sejati bagi siapa tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai keindahan pelangi yang mewarnai keanekaraman dalam dunia global ini.

Homili Sabtu, 4 Mei 2013
Di Biara Ursulin  Darmo Surabaya
Kis 16 : 1 -10
Mzm 100
                               Yoh 15 : 18 – 21

http://youtu.be/IEcQbSAZrOg

Homili Sabtu 4 Mei 2013




ROH KUDUS BERKARYA : Meluas vs Menyempit
*P. Beny  Mali, SVD*
Karikatur karikatur dalam Koran Kompas dan Jawa Pos beberapa Minggu terakhir ini menampilkan Kekuasaan Yudikatif, Eksekutif dan Legislatif, yang jauh dari warna negarawan, tetapi hanya dijiwai oleh politisi. Seorang negarawan berkuasa untuk mengutamakan kemakmuran dan kesejahteraan serta keselamatan bersama. Sebaliknya seorang politisi lebih menjadikan kepentingan pribadi sebagai subyek dalam seluruh kekuasaannya. Misalnya karikatur hari Sabtu Lalu tanggal 27 April 2013, dalam opini Jawa Pos, menampilkan caleg yang berasal dari satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, lalu di pojok kiri atas tertulis “Mari kita perjuangkan dan pertahankan Negara Keluarga Republik Indonesia (NKRI)”.
Opini Kompas Sabtu 6 April 2013 menurunkan Karikatur tentang pemimpin yang politisi bukan negarawan. Karikatur Kompas itu melukiskan penguasa politisi yang mengutamakan kepentingan partainya daripada kepentingan seluruh rakyat Negara Republik Indonesia. Kalau caleg yang berasal dari satu keluarga itu kelak terpilih karena memiliki keuangan yang cukup untuk membeli suara dalam pileg, maka saya yakin hampir seratus persen, mereka hanya memperjuangkan kesejahteraan keluarganya, dan kesejahteraan anak, cucu mereka, mengabaikan kesejahteraan seluruh rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Artinya Karya keselamatan yang mereka bangun adalah karta keselamatan keluarga bukan karya keselamatan umum. Mereka menyempitkan keselamatan hanya pada lingkup keluarga mereka, menutupi pintu keselamatan bagi semua orang lintas batas.
Bacaan pertama hari ini sangat kontras dengan pemahaman Karikatur itu yang menyempitkan keselamatan hanya pada keluarga, tidak mengutamakan keselamatan yang meluas kepada semua orang lintas batas.  Karya Roh Kudus Allah yang membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas, sungguh-sungguh menjadi nyata di dalam karya Paulus dan Silas. Mereka mewartakan Kristus Yang Bangkit, dibimbing oleh Roh Kudus Kristus Yang Bangkit, pergi kepada bangsa-bangsa, Asia dan bahkan sampai Eropa mewartakan Kebangkitan Kristus dan disambut secara positif sehingga anggota Gereja Kristiani semakin hari semakin berkembang baik dalam jumlah maupun dalam mutunya.  
Keunikan Kristiani berbeda dengan Agama Yahudi. Orang Yahudi menyempitkan karya keselamatan Allah hanya pada keluarga bangsa Yahudi. Mereka berpandangan bahwa orang di luar bangsa Yahudi adalah orang kafir yang jauh dari keselamatan Allah. Sebaliknya Orang Kristiani adalah orang yang memiliki pemahaman bahwa Keselamatan itu meluas melanggar batas-batas yang dipahami agama Yahudi. Hal itu terbukti di dalam pewartaan para rasul dan para murid tentang kebangkitan Kristus, dan mujizat yang mereka lakukan di dalam nama Yesus.
Perbedaan pola pemahaman tentang keselamatan antara orang Yahudi dengan orang Kristiani inilah menjadi latarbelakang kelahiran Agama Kristiani. Kisah Para Rasul 11 : 26, menulis bahwa Kekristenan pertama kali lahir di Anthiokia. Agama ini menjadi antitesis terhadap Agama Yahudi. Agama Yahudi sebagai Agama Senior merasa diri dihina oleh Agama Yunior atau agama balita. Ada berbagai penolakan dan bahkan penganiayaan terjadi atas agama balita itu. Wilayah teritori Yahudi menjadi sebuah wilayah yang sulit bagi Agama Kristen terus berkembang. Maka pola pemahaman bahwa Keselamatan Kristus yang bersifat universal, menjadi daya kekuatan dan keberanian dalam usaha orang Kristiani perdana untuk menyebarkan Agama Kristen di luar wilayah Yahudi.
Paulus dan Silas membuktikan itu dengan usaha mereka mewartakan Agama Kristiani dari Asia menuju Makedonia dalam mendengarkan Roh Kudus yang menuntun mereka dan memberkati setiap perjuangan mereka dalam mewartakan Agama Kristen yang menganut kepercayaan kepada Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan yang meluas, bukan menyempit, sebagai contoh antitesis terhadap pemahaman keselamatan Agama Yahudi.
Kita sebagai imam dan suster, belajar pada pengalaman misi Paulus dan Silas yang mendengarkan Roh Kudus yang berkarya meluas lintas batas, dan berjalan di dalam tuntunanNya untuk satu tujuan yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas, yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Karya Keselamatan Roh Kristus yang bersifat universal itu pertama-tama kita hayati secara kedalam sebagai pribadi yang berimna kepada Kristus, kemudian secara ke dalam komunitas biara, dan itu menjadi basis kesaksian kita, untuk secara keluar dalam melayani semua orang langgar batas, untuk menyelamatkan semua orang. Hanya dengan itu kita menghadirkan karya Roh Kudus yang membawa sukacita dan kebahagiaan sejati bagi siapa tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai keindahan pelangi yang mewarnai keanekaraman dalam dunia global ini.

Homili Sabtu, 4 Mei 2013
Di Biara Ursulin  Darmo Surabaya
Kis 16 : 1 -10
Mzm 100
                               Yoh 15 : 18 – 21

http://youtu.be/IEcQbSAZrOg