Selasa, Mei 14, 2013

JALAN MENUJU SEMPURNA : Instan vs Proses




JALAN HIDUP MENUJU SEMPURNA : Instan vs Proses

*P. BENEDIKTUS BERE MALI SVD*


Formasi Iman Umat Lingkungan Yohanes 3, Wilayah Yohanes, Paroki Roh Kudus, Keuskupan Surabaya. Ketua Lingkungan : Bpk A. Surjadarma T. Ketua Wilayah : Bpk Eko Nugroho. Pastor Paroki : P. I Kadek Adi Subrata SVD (IKAS). Tempat Rumah Bpk Tony Gozali. Pelaksanaan : Senin 13 Mei 2013.

Dunia modern yang diwarnai oleh informasi dan teknologi ini dapat membawa manusia berjalan meninggalkan jalan yang normal menuju berjalan di dalam jalan yang instan. Misalnya:  Mas Google adalah pelayan yang siap sedia dua puluh empat jam melayani setiap pelanggannya. Dia melayani kebutuhan yang paling baik dan paling jahat dalam membentuk diri pelanggan atau menghancurkan sang pelanggan. Mas Google akan masuk daerah-daerah privacy kalau diri pelanggan mulai membuka pintu pikiran dan hati serta dirinya. Mas google akan masuk ke dalam bagian-bagian yang sangat rahasia dan bertamu di dalam latop, ipad, BB, samsung, komputer dan sebagainya. Internet memberikan segala sesuatu yang instan bagi manusia.

Mentalitas instan pun semakin hari semakin terbentuk dalam diri generasi abad ini. Pengaruhnya bukan hanya dalam dunia awam tetapi juga sampai dalam dunia kaum berjubah biarawan dan biarawati. Ketika tantangan ada dalam dunia pelayanan, orang segera menghindarinya bukan menghadapi persoalannya. Pada hal dalam dunia normal "kesulitan ada untuk diatasi". Kesulitan ada bukan untuk dihindari tetapi kesulitan ada untuk diatasi. Kesulitan ada dihadapi akarnya untuk mencari solusi pada akarnya.

Perjalanan informasi begitu cepat dari satu benua ke benua yang lain, dari satu belahan dunia yang  satu kepada belahan dunia yang lain, dari satu orang yang paling jahat atau paling baik kepada sesama yang lain. Orang jahat menyebarkan berita yang jahat kepada dunia melalui dunia internet. Orang baik dan benar menyebarkan berita yang baik dan benar kepada orang lain.

Setiap berita, kata, sabda ada rohnya, ada jiwanya, ada pesannya, ada rohnya, yang dapat mengubah orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berita baik dan benar yang memuat roh yang baik dan benar dapat mempengaruhi orang kepada yang baik dan benar yang dibangun di dalam dirinya. Berita yang jahat memiliki roh kejahatan yang masuk ke dalam diri manusia dan mendiami rumah hati manusia dan lalu membimbing manusia kepada yang dapat menghancurkan dirinya.

Manusia diciptakan dilengkapi oleh kebebasan. Manusia memasuki dunia internet bisa membuka pintu berita yang jahat yang menghancurkan, tetapi bisa juga membuka pintu berita yang baik dan benar yang membangun dan mempengaruhi diri secara baik dan benar. Manusia adalah subyek atas internet karena internet diciptakan oleh manusia bukan internet menciptakan manusia. Tetapi ketika manusia bisa menjadi obyek internet ketika internet memporak-porandakan integritas manusia dengan berita-berita jahat dari dunia internet menghancurkan diri manusia, atau manusia menjadi ketagihan mengakses situs-situs yang tidak layak untuk diakses bagi kematangan dan kedewasaan dirinya.

Jalan hidup menuju suata tempat  bisa ditempuh dalam waktu yang cepat. Misalnya pesawat bisa menerbangkan manusia dari satu bandara ke bandara lain, baik dalam tingkat lokal, domestik, nasional, maupun internasional, antara negara, dan antara benua. Atau kreta api supereksekutif dapat mengantar manusia dari satu stasiun ke stasiun yang lain dalam waktu yang singkat. Kendaraan baik sepeda motor, maupun mobil dapat mengantara manusia dari satu terminal menuju ke terminal yang lain.

Tetapi sampai hari ini, besok dan selamanya, kita belum menemukan satu model baru internet berupa facebook dari Allah yang menjadi media komunikasi langsung dari kita manusia dengan Allah. Kita belum menemukan Yahoo Masenger yang dapat membangun komunikasi langsung antara Allah di Surga dengan kita manusia di dunia. Kita belum menemukan satu BB yang dapat membuat kita BBM dengan Allah di Surga. Kita juga belum menemukan satu alat transportasi yang paling canggih yang menerbangkan kita secara langsung dari dunia menuju Surga. Kita tidak pernah menemukan dan tidak akan menemukan satu pesawat yang take off dari bandara di atas bumi ini menuju landing di bandara di surga.

Jalan menuju Surga tidak pernah  melewati jalan instan. Jalan ke surga melewati jalan proses. Jalan itu adalah Jalan Yesus. Yohanes 14:6 mengatakan Yesus adalah jalan ke Surga. Jalan itu unik. Jalan itu adalah jalan normal. Jalan itu adalah jalan proses. Yesus datang ke dunia melalui proses yang dikehendaki oleh Tuhan yang mengutusNya ke dunia. Yesus berasal dari kerahiman Allah di Surga menuju Bumi bukan melalui pesawat yang menerbangkanNya dari bandara langsung menuju bandara bumi. Yesus berangkat dari Surga tempat kerahiman Allah melewati terminal rahim ibu Maria menuju bumi. Yesus hidup dan berkarya, menderita, wafat, dimakamkan ke dalam rahim bumi, dan pada hari ketiga bangkit, lalu selama 40 hari menampakan diri kepada para muridNya secara berulang-ulang meneguhkan iman dan kepercayaan mereka kepadaNya sebagai Tuhan yang membawa kemenangan atas kuasa maut dan kematian, serta membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas yang menerimaNya. Setelah 40 hari, Kristus naik ke surga, kembali kepada Bapa, menyiapkan tempat bagi kita, dan pada hari pentekosta mengirimkan Roh Kudus, Roh Allah, Roh Allah Bapa ke dunia, menyertai kita, menyertai Gereja Sepanjang Masa, untuk menuntun dan mengarahkan kita dan gereja  berjalan dari dunia menuju ke Surga melewati jalan-jalan yang telah dilalui Tuhan Yesus dari dunia ke Surga, untuk kita dan Gereja Bersatu kembali di dalam Kerahiman Allah sebagai asal pertama kita dari sana ke dunia dan kembali menuju ke kerahiman Allah di Surga sebagai asal sekaligus tujuan perjalanan hidup kita, dalam Yesus jalan keselamatan kita. Kisah Para Rasul 4:12 mengatakan “Dalam Nama Yesus ada Keselamatan”.

Jumat, Mei 10, 2013

BERMISI DI "TEMPAT" SULIT : Takut vs Berani



BERMISI DI “TEMPAT” SULIT : Takut vs Berani
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita bisa diutus di tempat misi yang gampang atau di tempat misi yang sulit. Ketika kita diutus ke tempat yang gampang, karya misi berjalan bagaikan kendaraan berjalan di atas jalan tol. Pribadi kita maupun komunitas kita memperlancar aliran karya misi Allah dan kendaraan misi Allah dapat berjalan lancar. Pribadi sesama, baik itu umat, pemerintah atau penguasa sipil dan penguasa agama-agama lintas batas mendukung karya misi Allah sehingga kendaraan misi Allah berjalan bagaikan berjalan di atas jalan tol. Sebaliknya ketika kita diutus dan berada di daerah misi  yang sulit, kita bisa semakin berani untuk bermisi atau semakin takut untuk bermisi.
Kesulitan itu bisa datang dari internal pribadi atau internal komunitas kita sebagai titik awal kepergian kita keluar untuk bermisi. Kesulitan itu juga bisa datang dari luar diri kita sebagai pribadi, atau juga berasal dari luar diri komunitas kita. Kesulitan dari dalam diri kita itu berupa kesaksian hidup pribadi yang semakin mengalami kejatuhan, yang dapat menyebabkan menyalibkan sesama atau menjadi batu sandungan bagi sesama. Atau kesulitan dari dalam itu bisa berupa ketidakharmonisan dalam komunitas karena "SARA" di balik jubah biara yang menghalangi misi keluar komunitas dan juga misi ke dalam sebagai basis untuk misi ke luar komunitas. Kesulitan itu juga bisa datang dari atasan kita yang kurang bijaksana di dalam mengambil keputusan-keputusan untuk karya misi yang berjiwa kemanusiaan dan keimanan.
Menghadapi kesulitan berwajah ganda itu kita dapat melahirkan kedua kemungkinan ini. Kita bisa membangkitkan Roh keberanian atau Roh Kenabian mewartakan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, atau kita bisa mematikan atau menenggelamkan Roh Keberanian atau Roh Kenabian di dalam aneka kesulitan itu sehingga kita tampil sebagai seorang pribadi yang berwarna “abu-abu” seperti seorang politisi, atau tampil sebagai “bunglon” hanya untuk sekedar mencari keamanan diri, yang hanya memberikan sukacita sesaat saja, tidak memberikan sukacita sejati dan abadi yang hanya dapat ditemukan di dalam Roh Kudus Roh Kristus seperti yang diwartakan di dalam Injil hari ini.
Bacaan Pertama hari ini menampilkan misi kenabian Paulus di Korintus. Ia berkarya berdasarkan petunjuk janji Tuhan, yang muncul di dalam suatu penglihatan:”Jangan Takut! Teruskan memberitakan Firman Allah dan Jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.
Paulus memegang teguh pada janji Tuhan itu sebagai kekuatan utama di dalam misinya di Korintus. Ketika orang Yahudi  hendak mematahkan karya misi Paulus, upaya mereka itu sia-sia belaka. Gubernur Galio yang berkuasa pada saat itu, mengusir orang-orang Yahudi yang datang menjatuhkan atau menggagalkan misi Paulus di Korintus. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mengandalkan Allah, mengandalkan Roh Kudus Allah, senantiasa mengalami sukacita dan keberanian dalam mewartakan Firman Allah untuk menyelamatkan bukan menghancurkan. Semua kekuatan yang menghancurkan ditundukan di hadapan Allah yang Paulus wartakan.
Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus hari pertama pada hari ini. Dasar Kitab Suci Novena kepada Roh Kudus adalah Kisah Para Rasul 1:12-14, yang mengingatkan kita akan masa sesudah kenaikan Kristus ke Surga, ketika para rasul, atas nama Yesus, kembali ke ruang atas dan tinggal di sana, dalam doa bersama Ibu Yesus dan saudara-saudari yang terhimpun dalam komunitas awal, yang merupakan inti pertama dari Gereja.
Setiap tahun sesudah Hari Raya Kenaikan, Gereja menjalani novena perdana ini, novena kepada Roh Kudus. Kisah Para Rasul 1:8 mengatakan bahwa Para Rasul berhimpun di ruang atas bersama Bunda Kristus, memohon penggenapan janji yang disampaikan kepada mereka oleh Kristus yang telah bangkit, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku”.
Novena perdana kepada Roh Kudus yang dilaksanakan oleh Para Rasul itu merupakan model dari Novena Kepada Roh Kudus yang kita laksanakan dalam Gereja pada kesempatan ini. Tujuan Novena Roh Kudus adalah agar kita hidup berdasarkan kehendak Roh Kudus yang menyelamatkan dan membawa sukacita yang sejati yang tidak dapat diambil oleh orang lain atau oleh siapapun dari diri kita. Kita mengadakan novena bukan untuk Roh Kudus menuruti kehendak kita yang egois yang menyalibkan sesama. Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus agar Roh Keberanian Allah dan Roh Kenabian Allah bertumbuh dan berkembang serta lahir dalam pewartaan dan kesaksian hidup kita.


Novena kepada Roh Kudus Hari Pertama
Jumat 10 Mei 2013 di RKZ Surabaya
Kis 18 : 9 – 18
Mzm 47 : 2–3.4-5.6-7
Yoh 16 : 20 - 23

NOVENA ROH KUDUS HARI PERTAMA 10 MEI 2013




BERMISI DI “TEMPAT” SULIT : Takut vs Berani
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita bisa diutus di tempat misi yang gampang atau di tempat misi yang sulit. Ketika kita diutus ke tempat yang gampang, karya misi berjalan bagaikan kendaraan berjalan di atas jalan tol. Pribadi kita maupun komunitas kita memperlancar aliran karya misi Allah dan kendaraan misi Allah dapat berjalan lancar. Pribadi sesama, baik itu umat, pemerintah atau penguasa sipil dan penguasa agama-agama lintas batas mendukung karya misi Allah sehingga kendaraan misi Allah berjalan bagaikan berjalan di atas jalan tol. Sebaliknya ketika kita diutus dan berada di daerah misi  yang sulit, kita bisa semakin berani untuk bermisi atau semakin takut untuk bermisi.
Kesulitan itu bisa datang dari internal pribadi atau internal komunitas kita sebagai titik awal kepergian kita keluar untuk bermisi. Kesulitan itu juga bisa datang dari luar diri kita sebagai pribadi, atau juga berasal dari luar diri komunitas kita. Kesulitan dari dalam diri kita itu berupa kesaksian hidup pribadi yang semakin mengalami kejatuhan, yang dapat menyebabkan menyalibkan sesama atau menjadi batu sandungan bagi sesama. Atau kesulitan dari dalam itu bisa berupa ketidakharmonisan dalam komunitas karena "SARA" di balik jubah biara yang menghalangi misi keluar komunitas dan juga misi ke dalam sebagai basis untuk misi ke luar komunitas. Kesulitan itu juga bisa datang dari atasan kita yang kurang bijaksana di dalam mengambil keputusan-keputusan untuk karya misi yang berjiwa kemanusiaan dan keimanan.
Menghadapi kesulitan berwajah ganda itu kita dapat melahirkan kedua kemungkinan ini. Kita bisa membangkitkan Roh keberanian atau Roh Kenabian mewartakan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, atau kita bisa mematikan atau menenggelamkan Roh Keberanian atau Roh Kenabian di dalam aneka kesulitan itu sehingga kita tampil sebagai seorang pribadi yang berwarna “abu-abu” seperti seorang politisi, atau tampil sebagai “bunglon” hanya untuk sekedar mencari keamanan diri, yang hanya memberikan sukacita sesaat saja, tidak memberikan sukacita sejati dan abadi yang hanya dapat ditemukan di dalam Roh Kudus Roh Kristus seperti yang diwartakan di dalam Injil hari ini.
Bacaan Pertama hari ini menampilkan misi kenabian Paulus di Korintus. Ia berkarya berdasarkan petunjuk janji Tuhan, yang muncul di dalam suatu penglihatan:”Jangan Takut! Teruskan memberitakan Firman Allah dan Jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.
Paulus memegang teguh pada janji Tuhan itu sebagai kekuatan utama di dalam misinya di Korintus. Ketika orang Yahudi  hendak mematahkan karya misi Paulus, upaya mereka itu sia-sia belaka. Gubernur Galio yang berkuasa pada saat itu, mengusir orang-orang Yahudi yang datang menjatuhkan atau menggagalkan misi Paulus di Korintus. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mengandalkan Allah, mengandalkan Roh Kudus Allah, senantiasa mengalami sukacita dan keberanian dalam mewartakan Firman Allah untuk menyelamatkan bukan menghancurkan. Semua kekuatan yang menghancurkan ditundukan di hadapan Allah yang Paulus wartakan.
Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus hari pertama pada hari ini. Dasar Kitab Suci Novena kepada Roh Kudus adalah Kisah Para Rasul 1:12-14, yang mengingatkan kita akan masa sesudah kenaikan Kristus ke Surga, ketika para rasul, atas nama Yesus, kembali ke ruang atas dan tinggal di sana, dalam doa bersama Ibu Yesus dan saudara-saudari yang terhimpun dalam komunitas awal, yang merupakan inti pertama dari Gereja.
Setiap tahun sesudah Hari Raya Kenaikan, Gereja menjalani novena perdana ini, novena kepada Roh Kudus. Kisah Para Rasul 1:8 mengatakan bahwa Para Rasul berhimpun di ruang atas bersama Bunda Kristus, memohon penggenapan janji yang disampaikan kepada mereka oleh Kristus yang telah bangkit, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku”.
Novena perdana kepada Roh Kudus yang dilaksanakan oleh Para Rasul itu merupakan model dari Novena Kepada Roh Kudus yang kita laksanakan dalam Gereja pada kesempatan ini. Tujuan Novena Roh Kudus adalah agar kita hidup berdasarkan kehendak Roh Kudus yang menyelamatkan dan membawa sukacita yang sejati yang tidak dapat diambil oleh orang lain atau oleh siapapun dari diri kita. Kita mengadakan novena bukan untuk Roh Kudus menuruti kehendak kita yang egois yang menyalibkan sesama. Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus agar Roh Keberanian Allah dan Roh Kenabian Allah bertumbuh dan berkembang serta lahir dalam pewartaan dan kesaksian hidup kita.


Novena kepada Roh Kudus Hari Pertama
Jumat 10 Mei 2013 di RKZ Surabaya
Kis 18 : 9 – 18
Mzm 47 : 2–3.4-5.6-7
Yoh 16 : 20 - 23

Homili Jumat 10 Mei 2013



BERMISI DI “TEMPAT” SULIT : Takut vs Berani
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kita bisa diutus di tempat misi yang gampang atau di tempat misi yang sulit. Ketika kita diutus ke tempat yang gampang, karya misi berjalan bagaikan kendaraan berjalan di atas jalan tol. Pribadi kita maupun komunitas kita memperlancar aliran karya misi Allah dan kendaraan misi Allah dapat berjalan lancar. Pribadi sesama, baik itu umat, pemerintah atau penguasa sipil dan penguasa agama-agama lintas batas mendukung karya misi Allah sehingga kendaraan misi Allah berjalan bagaikan berjalan di atas jalan tol. Sebaliknya ketika kita diutus dan berada di daerah misi  yang sulit, kita bisa semakin berani untuk bermisi atau semakin takut untuk bermisi.
Kesulitan itu bisa datang dari internal pribadi atau internal komunitas kita sebagai titik awal kepergian kita keluar untuk bermisi. Kesulitan itu juga bisa datang dari luar diri kita sebagai pribadi, atau juga berasal dari luar diri komunitas kita. Kesulitan dari dalam diri kita itu berupa kesaksian hidup pribadi yang semakin mengalami kejatuhan, yang dapat menyebabkan menyalibkan sesama atau menjadi batu sandungan bagi sesama. Atau kesulitan dari dalam itu bisa berupa ketidakharmonisan dalam komunitas karena "SARA" di balik jubah biara yang menghalangi misi keluar komunitas dan juga misi ke dalam sebagai basis untuk misi ke luar komunitas. Kesulitan itu juga bisa datang dari atasan kita yang kurang bijaksana di dalam mengambil keputusan-keputusan untuk karya misi yang berjiwa kemanusiaan dan keimanan.
Menghadapi kesulitan berwajah ganda itu kita dapat melahirkan kedua kemungkinan ini. Kita bisa membangkitkan Roh keberanian atau Roh Kenabian mewartakan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, atau kita bisa mematikan atau menenggelamkan Roh Keberanian atau Roh Kenabian di dalam aneka kesulitan itu sehingga kita tampil sebagai seorang pribadi yang berwarna “abu-abu” seperti seorang politisi, atau tampil sebagai “bunglon” hanya untuk sekedar mencari keamanan diri, yang hanya memberikan sukacita sesaat saja, tidak memberikan sukacita sejati dan abadi yang hanya dapat ditemukan di dalam Roh Kudus Roh Kristus seperti yang diwartakan di dalam Injil hari ini.
Bacaan Pertama hari ini menampilkan misi kenabian Paulus di Korintus. Ia berkarya berdasarkan petunjuk janji Tuhan, yang muncul di dalam suatu penglihatan:”Jangan Takut! Teruskan memberitakan Firman Allah dan Jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.
Paulus memegang teguh pada janji Tuhan itu sebagai kekuatan utama di dalam misinya di Korintus. Ketika orang Yahudi  hendak mematahkan karya misi Paulus, upaya mereka itu sia-sia belaka. Gubernur Galio yang berkuasa pada saat itu, mengusir orang-orang Yahudi yang datang menjatuhkan atau menggagalkan misi Paulus di Korintus. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mengandalkan Allah, mengandalkan Roh Kudus Allah, senantiasa mengalami sukacita dan keberanian dalam mewartakan Firman Allah untuk menyelamatkan bukan menghancurkan. Semua kekuatan yang menghancurkan ditundukan di hadapan Allah yang Paulus wartakan.
Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus hari pertama pada hari ini. Dasar Kitab Suci Novena kepada Roh Kudus adalah Kisah Para Rasul 1:12-14, yang mengingatkan kita akan masa sesudah kenaikan Kristus ke Surga, ketika para rasul, atas nama Yesus, kembali ke ruang atas dan tinggal di sana, dalam doa bersama Ibu Yesus dan saudara-saudari yang terhimpun dalam komunitas awal, yang merupakan inti pertama dari Gereja.
Setiap tahun sesudah Hari Raya Kenaikan, Gereja menjalani novena perdana ini, novena kepada Roh Kudus. Kisah Para Rasul 1:8 mengatakan bahwa Para Rasul berhimpun di ruang atas bersama Bunda Kristus, memohon penggenapan janji yang disampaikan kepada mereka oleh Kristus yang telah bangkit, “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku”.
Novena perdana kepada Roh Kudus yang dilaksanakan oleh Para Rasul itu merupakan model dari Novena Kepada Roh Kudus yang kita laksanakan dalam Gereja pada kesempatan ini. Tujuan Novena Roh Kudus adalah agar kita hidup berdasarkan kehendak Roh Kudus yang menyelamatkan dan membawa sukacita yang sejati yang tidak dapat diambil oleh orang lain atau oleh siapapun dari diri kita. Kita mengadakan novena bukan untuk Roh Kudus menuruti kehendak kita yang egois yang menyalibkan sesama. Kita mengadakan Novena kepada Roh Kudus agar Roh Keberanian Allah dan Roh Kenabian Allah bertumbuh dan berkembang serta lahir dalam pewartaan dan kesaksian hidup kita.


Novena kepada Roh Kudus Hari Pertama
Jumat 10 Mei 2013 di RKZ Surabaya
Kis 18 : 9 – 18
Mzm 47 : 2–3.4-5.6-7
Yoh 16 : 20 - 23