Agama dan Suku yang beraneka wajah di dunia ini adalah perbedaan yang memberi keindahan kepada kita manusia. Tetapi keanekaan agama dan suku di bumi ini, khususnya di ibu pertiwi Indonesia ini tetap terbuka kemungkinana bagi terjadinya konflik yang menimbulkan korban yang sama sekali anti iman para pemeluk agama-agama yang berkemanusiaan, dan kembali pro primordialisme suku-suku yang beraneka wajah.
Peran pendidikan iman yang berkemanusiaan dan budaya humanitas perlu ditanam dalam agama-agama dan suku-suku atau budaya-budaya lokal, agar iman yang berkemanusiaan menjadi jiwa setiap agama dan setiap suku. Dengan demikian meskipun agama-agama berbeda-beda wajah dalam penampilan lahiriahnya dan juga suku-suku dengan kehasannya tersendiri memiliki roh kemanusiaan yang menjadi motor yang menghidupi seluruh pola pikir, perkataan dan perilaku setiap suku dan agama, sehinnga secara esensi memiliki hati yang sama, yang menyatukan aneka wajah agama dan suku.
Penanaman jiwa kemanusiaan dalam agama-agama dan suku-suku ini harus diberi porsi perhatian yang serius agar pintu konflik anti kemanusiaan yang akan terjadi, pintunya tergemboki oleh kesadaran yang sama yaitu menjadikan kemanusiaan sebagai sentral perhatian yang mengarahkan perziarahan hidup agama-agama dan suku-suku yang tampil beda dalam beraneka wajah. Kesadaran dan gaya hidup agama-agama dan suku-suku yang dikontrol oleh kemanusiaan akan menghadapi semua provokator politisi demi kekuasaan, harta kekayaan, dan kenimatan duniawi, tidak diberi jalan gerak menuju kepentingan kotornya. Bendera Kemanusiaan telah dikibarkan tanda bendera anti humanitas dikuburkan.
Suku Bangsa Bunak pun harus mengibarkan bendera kemanusiaan dan keimanan dalam dunianya yang terdiri dari sejumlah agama yang berbeda yang hidup bertetangga dan terutama suku-suku kecil yang hidup bersama dalam lokus suku Bunak khususnya di Kecamatan Lamaknen dan kedesaan Aitoun-Kecamatan Rai Hat. Bendera itu dikibarkan dan sekaligus menjadi gaya hidup suku Bunak, karena adanya kerjasama yang solid antara pemimpin pemerintah setempat dan para pemimpin agama-agama serta para pemimpin adat yaitu para presiden suku atau ketus suku-suku kecil yang tersebar di seluruh daerah teritorial suku bangsa Bunak bersama para "lal gomo" yaitu nabinya suku Bunak yang hidup dari dulu hingga kini dan untuk selamanya. Pihak-pihak ini perlu duduk berdialog bersama menuju penyatuan ide dan aksi untuk mengibarkan bendera kebijaksanaan adat suku bangsa Bunak, bendera iman agama-agama dan bendera kemanusiaan semua manusia di atas planet ini yang tampil indah menarik dalam aneka wajah budaya dan suku-suku.
Bersama kita pasti bisa. Inspirasi dari bacaan Ekaristi Kudus Senin 11 Februari 2008, Im 19 : 1 - 2. 11 - 18 dan Mat 25 : 31 - 46. Yesus bersabda, " Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang manusia dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya untuk AKU". Beriman kepada Tuhan berarti melayani sesama manusia pada taraf kemanusiaan manusia yang tercipta secitra Allah.