Tiada dua manusia yang sama persis sifatnya yang ditemukan di atas planet bumi ini. Setiap manusia memiliki keunikannya yang khas. Keunikan manusia itu terbentuk juga oleh kebudayaan tempat dia dilahirkan dan tempat dia hidup.
Manusia suku Bunak memiliki keunikannya tersendiri. Keunikan manusia suku Bunak dapat didalami lewat pendekatan budaya yang melekat di dalam kehidupannya. Berdasarkan pandangan seperti itu, penulis mencoba memperkenalkan identitas manusia suku Bunak melalui budaya yang melekat erat dalam diri manusia suku Bunak itu. Identitas suku Bunak menyentuh fondasi yang mendasari hidupnya. Menyentuh fondasi berarti menyentuh hakekat hidup yang dapat disebut dengan kata filsafat hidup manusia suku Bunak.
Filsafat manusia suku Bunak dibangun di atas kedua fondasi yang kokoh tidak terlepaspisahkan satu dengan yang lainnya yaitu pola pemahaman tentang wujud tertinggi suku Bunak dan ritus-ritus adat dalam kebersamaan yang membuat hidup wujud tertinggi dalam seluruh kehidupan suku Bunak. Wujud tertinggi yang ada dalam pola pikir suku Bunak adalah “Hot Essen”. Nama “Hot Essen” yang diyakini ini sebagai sumber segala sesuatu yang baik, benar dan indah. Kebaikan dan kebenaran serta keindahan sebagai sifat khas “Hot Essen” itu terwahyukan kepada manusia dalam diri para penguasa adat suku Bunak yang disebut “Lal Gomo”. “Lal Gomo” ini menterjemahkan kebaikan, kebenaran dan keindahan “Hot Essen” itu dalam ritus-ritus adat dalam suku Bunak sebagai jalan untuk mendapatkan berkat dari penguasa abadi yaitu “Hot Essen”. Ritus-ritus adat itu dilaksanakan dalam kebersamaan bukan secara personal. Itu menunjukkan bahwa semakin mendalam relasi dengan “Hot Essen” dalam ritus-ritus adat itu maka semakin mendalam juga relasi sosial yang dibangun di atas humanitas yang kokoh. Demikian juga sebaliknya. Itulah hakekat suku Bunak. Itulah filsafat Bunak. Itulah identitas Bunak yang diperkenalkan dalam seluruh tulisan ini. Tulisan ini terbuka bagi dialog menuju pemurnian filsafat Bunak yang sejati.
Proses memperkenalkan identitas manusia suku Bunak ini melalui syering pengalaman hidup penulis di dalam budaya manusia suku Bunak. Sebagai suatu syering pengalaman hidup, tulisan ini sangat terbuka bagi publik untuk dikonsumsi dan mengambil sari-sari yang bermakna bagi konsumen sesuai kebutuhan dan harapan pembaca. Publikasi ini terbuka untuk dikritik dan disempurnakan. Tulisan ini tetap terbuka untuk evaluasi nilai-nilai adat suku yang tertuang dalam penulisan ini menuju satu nilai universal yang dirindukan semua manusia melintas batas. Dalam hal ini identitas yang ideal itu selalu terbuka untuk sebuah dialog yang mengkritisi untuk menyempurnakan. Kesempurnaan yang diharapkan publik itulah menurut penulis identitas manusia yang sesungguhnya. Selamat menikmati.*****
Surabaya 04 April 2008,
Pada HUTku ke-35
Beny Mali, SVD