MISI YESUS ITU MENDARAT
(1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44)
Selasa 8 Januari 2013
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali,
SVD
Orang lapar membutuhkan makanan. Orang
haus membutuhkan air. Misi di antara orang lapar, berarti misionaris memberikan
makan kepada umatnya yang lapar. Misi di antara umat yang haus berarti
misionaris memberikan minuman kepada umatnya yang haus. Misi di antara umat
yang kurang pendidikan, berarti misionaris memberikan kebutuhan umat akan
pendidikan. Misi di antara umat yang kurang kehidupan ekonominya, berarti
misionaris memberikan kebutuhan akan pengaturan kehidupan ekonomi umat yang
baik dan benar. Dengan demikian misi misionaris selalu kontekstual menjawabi
kebutuhan umat. Dengan kata lain misi misionaris yang mendarat.
Yesus bermisi di antara umat yang lapar
dan haus. Yesus secara kontekstual melayani umat yang lapar dan haus akan
makanan fisik. Maka Yesus memberikan makanan dan minuman kepada umatnya yang
lapar yang sedang dihadapi Yesus. Makanan yang ada pada umat dilipatgandakan
dengan berkat Tuhan yang melahirkan mujizat perlipatgandaan makanan bagi
kebutuhan umat secara cukup bahkan ada sisanya.
Mengapa ada sisa? Tuhan memberikan
kebutuhan kepada manusia tidak pas-pasan, tetapi ada yang lebih, tetapi bukan untuk
dihambur-hamburkan, atau diboroskan melainkan untuk dikumpulkan, ditabung untuk
masa depan yang lebih cerah. Biasanya dalam
kehidupan manusia, ada makanan sisa, ada unag sisa, menunjukkan bahwa makanan
yang ada, uang yang masih sisa, tidak boleh dihambur-hamburkan, dibuang-buang,
tetapi yang sisa itu, yang lebih itu harus ditabung untuk masa depan, untuk
kelangsungan hari esok yang lebih baik.
Hal ini jelas diungkapkan dalam Injil
bahwa makanan sisa itu dikumpulkan kembali, tidak dibuang atau tidak
dihambur-hamburkan. Makanan sisa yang dikumpulkan itu diolah kembali dan dijual
serta uangnya ditabung atau dipinjamkan kepada para pedagang untuk
melipatgandakan uang itu untuk hari esok yang lebih cerah.
Dalam kehidupan kita dijumpai banyak
karakter manusia. Ada yang pandai menabung uang dan menggandakan uangnya untuk
masa depan hidupnya. Ada yang memperoleh uang dan segera menghabiskan uang
secara foya-foya.
Kompas, Minggu, 6 Januari 2013, hal. 18,
dalam sebuah tulisan berjudul: Biaya Baik
vs Biaya Jahat, oleh Elvyn G Masassya, berisi tentang orang yang
mengeluarkan keuangan setiap hari berdasarkan kebutuhan dan ada yang
mengeluarkan keuangan setiap hari berdasarkan kesenangan yang tak
terkendalikan. Orang yang mengeluarkan keuangan tanpa sikap hidup hemat disebut
sebagai biaya jahat. Sedangkan orang yang mengeluarkan keuangan setiap hari
berdasarkan kebutuhan yang cukup dan hidup hemat ada dalam kategori biaya baik.
Biaya baik ini sangat membangun harapan
akan masa depan dan hari esok yang lebih cerah dan menjanjikan. Kita
bercita-cita akan hari esok lebih baik. Hasil pekerjaan hari ini, kita gunakan
sesuai kebutuhan yang cukup bukan berdasarkan kesenangan yang tak
terkendalikan. Sisa biaya hidup hari ini, selalu kita tabung untuk masa depan yang
lebih baik bagi diri kita sendiri dan anak cucu kita. Ini adalah cara kita
memiliki biaya baik dalam perjalanan kita menyongsong masa depan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar