*P.Benediktus Bere Mali, SVD*
Manusia adalah
makhluk multidimensi. Dari sekian banyak dimensi tipe manusia, saya membutuhkan
dua (2) tipe manusia pada kesempatan ini yaitu tipe manusia monument dan tipe
manusia movement.
Tipe manusia
monument lebih menekankan pembangunan fisik dan di setiap bangunan itu ada
prasasti tempat terlukis nama dan tanda tangannya untuk mengabadikan diri,
egonya yang mengandung benih-benih kesombongannya.Sedangkan tipe manusia
movement lebih menekankan gerakan-gerakan kreatif inovatif dalam membangun
sumber daya manusia untuk regenerasi dan seterusnya.
Manusia yang
menekankan monument tampak dalam Kejadian 11:1-9. Kitab ini berbicara tetang
menara Babel yang lahir dari kesombongan manusia Babel di hadapan Tuhan.
Kesombongan itulah kemudian membawa perpecahan di antara mereka. Sebaliknya
manusia Pentakosta adalah pribadi-pribadi
yang movement, yaitu manusia yang menekankan gerakan dan gerakan itu
berasal dari Roh Kudus, Roh Allah, Roh Kristus yang menyatukan dan
menyelamatkan semua orang lintas batas yang percaya kepadaNya. Manusia Pentakosta adalah manusia yang hidup
di dalam Roh Kudus. Ciri-ciri orang yang mengalami kepenuhan Roh Kudus adalah :
1. Berbahasa Kasih
bukan berbahasa Sombong. Ketika Roh Kudus turun atas para murid yang sedang
berkumpul, bersatu, bersekutu dalam namaNya, mereka berbahasa kasih yang
bersifat universal lintas batas, karena bahasa kasih yang disampaikan para
murid itu dimengerti oleh semua suku bangsa. Sebaliknya bahasa kesombongan
manusia Babel membawa perpecahan antara sesame manusia.
2. Orang yang
hidup di dalam Roh Kudus senantiasa tampil sebagai Nabi. Dia memberikan
kesaksian yang benar dan tulus. Dia mengatakan yang benar adalah benar, yang salah
adalah salah. Dia tidak tampil “abu-abu” yang dilakukan politisi di dalam dunia
politik, dibandingkan dengan seorang Negarawan yang tampil asli, tanpa
kepalsuan.
3. Orang yang
hidup di dalam Roh Kudus, tampilkan diri atau kehadirannya membangkitkan sesame,
membangkitkan komunitas, dengan melaksanakan kearifan-kearifan hidup bersama,
kearifan-kearifan hidup berkomunitas yaitu setia berdoa bersama dan doa pribadi
dalam komunitas, yang berpuncak di dalam Perayaan Ekaristi Kudus. Setia
mengutamakan kebersamaan dalam makan bersama komunitas, mengutamakan
kebersamaan dan persaudaraan di dalam rekreasi bersama komunitas, mengutamakan
kerja bersama dalam karya pelayanan kepada Tuhan dan Sesama. Kehadiran seorang
yang dipenuhi oleh Roh Kudus, kehadirannya bukan “me-mandeg-an” kehidupan
bersama, kehidupan berkomunitas.
Setiap kita telah menerima Roh Kudus
dalam Sakramen Baptis, Sakramen Krisma, dan Sakramen Imamat, maka kita tidak
ada alas an untuk tidak hidup di dalam Roh Kudus, yang konkretkan di dalam
menghidupi kearifan hidup berkomunitas. Sistem komunitas sangat bagus. Yang
perlu dibuat bagus adalah kedisplinan diri kita, dari kita, oleh kita dan untuk
kita. Setia melaksanakan kearifan – kearifan kehidupan berkomunitas itu adalah
kekuatan kita di dalam menjalani panggilan hidup kita sebagai imam, biarawan
dan biarawati, maupun sebagai umat awam.
Homili Pentakosta 19 Mei 2013
Di Soverdi Surabaya (Pagi)
Dan di Lansia Griya St. Yosef (Sore)
Kis 2:1-11
Mzm 104
Rom 8 : 8 – 17
Yoh 14 : 15 – 16.23b-26
INTRODUKSI :
Hari ini adalah
Hari Raya Pentakosta, yang berarti Roh Kudus Turun atas para murid yang
bersekutu dalam namaNya. Pentakosta berarti Roh Kudus turun atas semua orang
lintas batas yang percaya kepadaNya.
Burung
Merpati adalah simbol Roh Kudus. Mengapa Burung Merpati? Karena Burung Merpati
juga simbol ketulusan. Menerima Roh Kudus berarti menerima Rahmat Ketulusan
dari Roh Kudus.
Kita
tidak hanya menerima Roh Kudus dalam Baptis, Krisma dan Imamat. Tetapi kita
juga setelah enerima Rahmat Ketulusan dari Roh Kudus, terpanggil Setia Hidup di
dalam Roh Kudus, yang diungkapkan dalam memberikan pelayanan kepada Tuhan dan sesama
manusia secara tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar