Sabtu, April 23, 2011

Kotbah Sabtu Alleluya Tahun A 2011

“JANGAN TAKUT! YESUS TELAH BANGKIT DAN MENDAHULUI KAMU KE GALILEA”

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Paskah di Tanah Air diwarnai ketakutan

……………..

Bom bunuh diri beberapa waktu lalu dan penemuan Bom di dalam Gereja, membangkitkan ketakutan di dalam diri banyak umat. Ada umat yang tidak datang ke Gereja untuk merayakan Trihari Suci karena takut ledakan Bom yang merusak dan menghancurkan. Peristiwa ini mempunyai dampak hampir di seluruh tanah air. Misalnya di Surabaya dan sekitarnya, turun siaga satu selama perayaan Paskah. Sepertinya situasi Indonesia dalam ancaman musuh yang berat atau dalam keadaan perang.

Dalam keadaan seperti ini apa artinya perayaan paskah bagi kita? Apa artinya perayaan kebangkitan Tuhan bagi kita? Siapakah yang menjadi Malaekat Tuhan yang mewartakan kebangkitan Tuhan kepada dunia “Jangan Takut! Yesus telah bangkit seperti yang dikatakanNya dalam Injil, Yesus telah mendahului kamu ke Galilea keseharian umat, di tempat tugas dan karyanya masing-masing? Siapakah harus menjadi Malaekat Tuhan untuk mewartakan pembebasan dari rasa ketakutan teror fisik, psikologis, sosial dari umat Tuhan yang sedang merayakan Paskah?

Paskah adalah Pembebasan Israel dari Teror Perbudakan Mesir

………………………………

Bangsa Israel merayakan paskah sebagai pembebasan dari penjajahan, dan perbudakan Firaun di Mesir. Pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir ini sangat kental diwarnai aneka teror baik dari pihak serdadu Firaun dengan segala perlengkapan senjata pasukannya yang mengejar bangsa Israel di jalan menuju tanah terjanji maupun teror kesulitan, kelaparan, kehausan, sakit penyakit, penderitaan bangsa Israel di padang gurun selama melewati jalan-jalan menuju Tanah yang dijanjikan Tuhan.

Aneka upaya pasukan Firaun meneror Israel secara langsung fisik tidak kesampaian karena adanya kebangkitan Tuhan dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari yang menyelamatkan bangsa Israel dari serangan pasukan Firaun. Kebangkitan Allah dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari menjadi benteng ajaib bagi umat Israel. Ketika Kebangkitan Tuhan dalam Tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari berjalan di depan jalan bangsa Israel, bangsa Israel mengalami terang dan petunjuk, harapan dan kekuatan menuju tanah yang dijanjian Tuhan. Sebaliknya ketika kebangkitan Tuhan dalam tiang awan dan tiang api berjalan di belakang bangsa Israel, tiang awan menurunkan kabut tebal yang menghalangi dan menggelapkan jalan-jalan pasukan Mesir yang mengejar bangsa Israel, dan tiang api menghanguskan semua kendaraan dan pasukan Firaun sehingga kacaubalaulah kekuatan dan perjuangan pasukan Firaun untuk menghancurkan bangsa Israel. Pasukan Firaun yang nekat mengejar Israel mati terkapar di tengah laut Merah, dihanguskan tiang api kebangkitan Tuhan.

Kegagalan demi kegagalan yang dialami pasukan Firaun dalam mengejar bangsa Israel, membangkitkan kesadaran mereka bahwa pasukan Firaun harus “mengangkat topi” pada kemenangan bangsa Israel dengan Musa sebagai pemimpinnya karena kebangkitan Allah dalam tiang api dan tiang awan menyertai dan menyelamatkan mereka.

Pengalaman paskah bangsa Israel akan kebangkitan Tuhan dalam tiang api dan tiang awan yang menyelamatkan mereka, membangkitkan harapan dan iman serta cinta yang mendalam kepada Allah yang telah bangkit dan menyelamatkan mereka dari kekuasaan pasukan Firaun yang terus mengintai mereka.

Dengan iman yang semakin kuat kepada kebangkitan Allah, tidak berarti mereka telah bebas dari aneka kesulitan. Berbagai persoalan kehidupan berupa Kehausan, kelaparan, penderitaan, sakit dan penyakit harus mereka alami di padang gurun menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Aneka persoalan yang menimpah mereka membangkitkan beragam protes kepada Musa sebagai pemimpin mereka yang membawa mereka keluar dari Mesir. Sepertinya penderitaan di jalan di padang gurun lebih berat dibandingkan dengan penderitaan di bawah kekuasaan penjajahan dan perbudakan Firaun di Mesir.

Musa sebagai pemimpin yang bijaksana, berdiri kokoh dalam menghadapi bermacam persoalan kehidupan yang dialami bersama bangsa Israel. Musa memberi kekuatan spiritual kepada bangsa Israel dalam kesulitan hidupnya. Kekuatan dan harapan Musa sebagai pemimpin spiritual bangsa Israel adalah Allah sendiri. Musa tetap mengandalkan Tuhan dalam segala pahit manis hidupnya bersama bangsa Israel.

Berkat kekuatan iman, harapan dan cinta Musa kepada Allah, semua permintaan Musa kepada Tuhan untuk memenuhi setiap kebutuhan pokok bangsa Israel, dapat Tuhan penuhi. Kehadiran Musa sebagai pemimpin spiritual memberikan kekuatan dan harapan serta iman dan cinta yang berakar dalam, di hati bangsa Israel di dalam aneka teror yang harus mereka alami. Figur tokoh Musa sebagai pemimpin sipiritual, kehadirannya senantiasa membangkitkan iman, harapan dan cinta bangsa Israel kepada kebangkitan Tuhan dalam suka-duka, pahit manis, susah senang keseharian bangsa Israel. Musa tekun dan setia menuntun umat Israel untuk mengalami kebangkitan Tuhan yang setia menyertai mereka dalam suka dan duka keseharin mereka. Musa menyadarkan bangsa Israel untuk tidak lari dari persoalan hidup yang harus mereka alami dan lalui karena justru di sanalah mereka mengalami kasih cinta kebangkitan Tuhan.

Paskah Para Murid diwarnai Aneka Teror Ketakutan

………………………

Kebangkitan Allah dalam tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari yang menjumpai bangsa Israel, mengalami pemenuhan di dalam kebangkitan Tuhan Yesus.

Pada malam paskah ini kita bercerita tentang paskah Para Murid. Kebangkitan Tuhan Yesus dirayakan atau dialami para murid dalam suasana teror penguasa Yahudi dan Penguasa Romawi yang sangat anti kepada para pengikut Yesus. Para murid boleh dikatakan merayakan Paskah dalam suasana dan kondisi aneka teror bom ketakutan, kecemasan, ancaman dari penguasa Yahudi dan Kaisar. Paskah mereka sangat dominan dengan aneka ketakutan, kepahitan, yang harus mereka alami dan lalui dalam hidup mereka. Di situlah mereka menjumpai kebangkitan Tuhan.

Perjumpaan Kebangkitan Tuhan itu diawali oleh pewartaan Malaekat Tuhan kepada para muridNya. Warta gembira kebangkitan Tuhan Yesus dari Malaekat Tuhan memberikan kekuatan kepada para murid yang dilanda aneka teror. Dalam segala ketidakpastian yang menghantui para murid, Malaekat Tuhan sebagai utusan Tuhan membawa khabar Paskah, kebangkitan Tuhan kepada para murid. Kata Malaekat Tuhan: “Janganlah kamu takut! Yesus yang disalibkan itu sudah bangkit seperti dikatakanNya dalam InjilNya selama bersama kamu di dunia. Yesus telah mendahului kamu ke Galilea keseharianmu, dengan segala suka dukamu, pahit getir hidupmu, persoalan dan kegembiraanmu yang harus kamu alami dan lalui, sebab di sanalah, di dalam Galilea keseharianmulah, kamu akan menjumpai Yesus yang telah bangkit.“ Para murid yang mendengarkan kata-kata Malaekat Tuhan segera pergi ke komunitas para murid untuk mewartakan khabar Malaekat tentang kebangkitan Tuhan kepada saudara-saudara sekomunitas. Selama perjalanannya ke komunitas Para Murid, mereka masih dikuasai oleh perasaan suka cita besar bercampur ketakutan yang mencekam. Yesus mengetahui perasaan para murid yang masih campur aduk antara ketakutan dengan sukacita yang besar setelah menerima khabar dari malaekat tentang kebangkitanNya. Sementara dalam perjalanan pulang, Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada mereka untuk lebih membangkitkan kembali sukcacita besar dalam diri para murid, yang diungkapkan di dalam sabdaNya ini: “Salam bagimu! Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Demikianlah cerita singkat tentang paskah Para Murid tetapi penuh kaya akan pesan iman bagi kita dewasa ini.

Paskah dalam Kehidupan Nyata

……………………

Paskah adalah puncak iman kita. Seperti Israel yang dibebaskan dari perbudakan Mesir karena iman mereka kepada kebangkitan Tuhan dalam tiang api dan tiang awan yang menyelamatkan mereka dan menghalangi musuh, demikian juga hanya dalam iman dan keparcayaan, serta kepasrahan, kita bersama para murid dapat merayakan Paskah, kebangkitan Kristus yang menebus kita dari aneka perbudakan terutama perbudakan dari dosa-dosa kita.

Mengapa hanya dalam iman, kita merayakan Paskah Kebangkitan Tuhan? Ada dua hal yang membangkitkan iman kita kepada Paskah, kebangkitan Tuhan yang kita temukan di dalam Injil Mat 28: 1-10.

Pertama. Kata Malaekat kepada para murid, “Yesus telah bangkit seperti dikatakanNya.” Kata Malaekat utusan Tuhan ini bertujuan mengantar kita pengikut Yesus, untuk mengikuti kembali jejak-jejak Yesus dan sabdaNya tentang kebangkitanNya dalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci, kita menemukan sabdaNya bahwa Dia sungguh bangkit dan Dia adalah kebangkitan itu sendiri.

Dalam Injil Yohanes 14 : 6 , Yesus bersabda "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Kebangkitan Yesus melewati jalan salib jalan kebenaran Tuhan, sebagai satu-satu jalan bagi kita orang beriman untuk mengalami kebangkitan Tuhan, paskah abadi di Surga.

Dalam Injil Yoh 11 : 25 – 26 Yesus bersabda: "Akulah kebangkitan dan kehidupan; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Setiap murid Yesus akan mengalami pengalaman paskah yang sesungguhnya dalam perjumpaan dengan SabdaNya dalam Kitab Suci. Setiap kita sebagai pengikut Tuhan akan lebih mengimani kebangkitan Tuhan Yesus dan mengalami paskahNya, kalau kita semakin mencintai Kitab Suci, membaca, merenungkan dan melaksanakan Sabda Yesus di dalam hidup setiap hari sebagai medan perjumpaan kita dengan kebangkitan Tuhan.

Kedua. Sabda Yesus: “kamu harus ke Galilea, di sana kamu akan menjumpai Aku” sesungguhnya menuntun kita para muridNya bahwa kebangkitan Tuhan dialami bukan di tempat-tempat yang istimewa tetapi di dalam Galilea keluarga kita masing-masing, di dalam Galilea komunitas kita masing-masing, dengan segala kesulitan, pengalaman pahit dan manisnya, yang harus dialami dan dilalui, sebab di sanalah kita akan menjumpai Allah yang telah bangkit. Yesus mengajak kita para muridNya agar kita merasa in, at home dalam suka duka hidup keluarga kita, hidup komunitas kita, hidup paroki kita, tugas dan karya pelayanan kita sebagai Galilea keseharian kita. Yesus mengajak kita para muridNya untuk tetap sabar, tabah, tekun dan tetap setia dalam menghadapi aneka teror sosial, teror psikologis, teror media cetak dan media elektronik, sebagai teror penguasa Roma dan Yahudi di zaman modern ini, karena dalam kenyataan hidup seperti inilah kita akan mengalami dan menjumpai kebangkitan Tuhan Yesus, sumber harapan dan kekuatan bagi kita.

Yesus adalah teladan iman kita dalam setiap teror persoalan dan kesulitan hidup yang kita alami. Yesus telah bangkit setelah melewati aneka teror fisik, kata-kata, pukulan, cercaan, hinaan, yang berpuncak pada wafat di kayu Salib di Golgota kemudian bangkit dari kubur. Teladan ini harus dihidupi juga dalam diri setiap pribadi para murid kalau ingin mengalami kebangkitan Tuhan di dalam hidupnya. Setiap murid yang tekun, tabah, sabar dan berjuang dalam menghadapi setiap persoalan dan kesulitan hidupnya, pasti menemukan harapan dan kebangkitan Tuhan sebagai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari yang menuntun dan menyertainya dalam melewati pelbagai kesulitan dan persoalan kehidupannya.

Pengalaman Paskah, Kebangkitan Tuhan dalam Tiang api dan tiang awan di zaman kita ini, dalam konteks kita, bisa tampil dalam diri orang-orang yang setia menolong dan membantu kita para murid Tuhan dalam menghadapi aneka kesulitan dan teror yang harus kita alami.

Mereka yang menjadi penolong kita itu bisa saja pemimpin kita, sahabat kita, tetangga kita, atau siapa saja yang Tuhan utus untuk menyelamatkan kita dari keputusasaan yang sedang kita alami. Mereka yang menjadi penolong kita itu adalah orang tua kita, pendidik kita, Pembina rohani kita, bapak pengakuan kita, yang diutus Tuhan untuk membebaskan kita dari berbagai perbudakan persoalan hidup dan terutama pembebasan dari aneka perbudakan dosa-dosa kita.

Atau pun Tuhan dengan caraNya sendiri membangun harapan di dalam hati dan budi kita untuk tetap kuat dan kokoh dalam menghadapi setiap persoalan dan kesulitan, sakit dan penderitaan yang harus kita hadapi dan lalui. Semuanya adalah medan perjumpaan kita dengan Tuhan yang telah bangkit dan telah mendahului kita ke Galilea hidup sehari-hari.

……….

Tiang awan dan tiang api yang menuntun dan memberi terang di jalan Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah yang dijanjikan Tuhan telah mengalami puncak kepenuhan dalam diri Kristus yang telah bangkit sebagai sumber terang sejati, yang secara simbolik lahir di dalam tiang lilin paskah yang menerangi hati dan budi kita di malam Paskah ini. Tiang lilin paskah ini menjadi penerang batin kita di hadapan sesama dan di hadapan Tuhan. Tiang lilin paskah ini menerangi semua kegelapan dosa yang ada di dalam hati kita. Tiang lilin paskah ini membebaskan kita dari perbudakan dosa yang kita derita.

Tiang lilin paskah ini menjadi terang bagi kita agar kita pun menjadi lilin – lilin kecil yang memberi terang, harapan, kekuatan iman bagi semua orang yang hidup dan berkarya bersama kita, di dalam keluarga, komunitas dan tempat kerja kita masing-masing. Di sanalah kita mengalami paskah, kebangkitan Tuhan sumber iman, harap dan kasih di jalan menuju paskah abadi bersama Kristus di Surga. Selamat Paskah. Amin.

Soverdi Surabaya

Malam Paskah 23 April 2011.

Audiens: Prof. Glinka SVD, P. Pikor Lic.SVD, Markus Tulu MA, SVD. P. Hila Gudi SVD. P. Piet Pedo, SVD. P. Pius Kila SVD. Para Romo Tamu, Para Bruders SVD, dan Umat Sahabat Kenalan yang memeriahkan Malam Paskah di Soverdi St. Arnoldus, Rumah Induk SVD.

Kamis, Agustus 12, 2010

IKATAN KELUARGA BERDASARKAN KEADILAN ADAT SUKU BUNAK

* RM. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD *



Ikatan suami dan isteri dalam suku Bunak melahirkan anak-anaknya. Anak ini berasal dari darah dan daging ayah dan ibu. Dalam paradigma adat suku Bunak, dalam hukum adat suku Bunak, anak-anak masuk dalam suku mama. Anak-anak tidak menjadi anggota suku Bapak atau ayah. Paradigma dan hukum adat ini lahir dari system kekerabatan matrilineal yang dianut oleh suku Bunak sampai hari ini.

Ikatan antara anak dengan keluarga besar ayah dapat berakhir dengan kepergian ayah menuju rumah sang pencipta. Ada ikatan pun tidak seakrab ketika ayah masih ada. Ikatan keakraban itu juga akan mulai semakin renggang di saat ibu telah tiada. Pernyataan-pernyataan keluarga ayah bahwa dengan kepergian ibu ke pangkuan sang pencipta, menipisnya tanggungjawab ayah terhadap anak-anak dan urusan peradatan di suku mama, memperlebar renggangnya antara keluarga anak-anak dengan keluarga besar ayah.

Ada sinyal yang kuat sekali bahwa selama anak-anak dari ayah mendatangkan income bagi keluarga besar ayah, maka keluarga besar ayah semakin merapat membangun keterikatan yang kokoh dengan anak-anak. Sebaliknya anak-anak dan pihak keluarga besar ibu mendatangkan beban tanggungjawab adat kepada keluarga besar ayah maka keluarga besar ayah semakin menghindar dan semakin menjauh dari anak-anak dan keluarga besar ibu.

Keluarga anak-anak semakin menampakkan sinar keberhasilan dalam kehidupan dan keluarga ayah semakin melemah, maka keluarga ayah semakin membangun strategi adat untuk semakin merapat kepada anak-anak dengan motivasi agar usia senja keluarga ayah diperhatikan dan adat-adat kematian dari pihak ayah akan dibebankan dan ditanggung anak-anak. Ikatan itu dibangun dan diciptakan lewat memberikan sepotong tanah, atau seekor sapi atau seekor babi, dan itu adalah ikatan adat sepanjang zaman.

Ikatan itu disebut “akel goon” dalam adat suku Bunak. Ikatan itu akan berkelanjutan sampai tujuh keturunan. Ikatan yang didasarkan perhitungan untung dan rugi dari pihak keluarga besar ayah ini merupakan satu titik adat suku Bunak yang kurang menarik perhatian dalam paradigma “pemberian tanpa pamrih” atau “pengorbanan” dari pihak keluarga ayah dan keluarga besar ayah.

Dalam pikiran pribadi, orang tua baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu sama-sama mempunyai pertanggungjawaban yang adil sejak dalam rahim sampai mati. Keberhasilan diraih bergandengan tangan, keberhasilan dinikmati bersama dan beban hidup termasuk beban adat ditanggung bersama secara bergandengan tangan dari keluarga besar ayah dan keluarga besar ibu, dalam paradigma keadilan. Sang pencipta menghendaki demikian. Namun suku Bunak selama ini menyerahkan perjuangan orang tua untuk membuat anak-anaknya berhasil, setelah berhasil, anak-anak itu yang telah berhasil menjadi milik keluarga besar.

Suku Bunak tidak mau berkorban meraih keberhasilan generasi muda Suku Bunak, hanya membuka lapangan hati suku Bunak untuk menikmati hasil perjuangan segelintir orang. Pandangan meraih cita-cita adalah tanggungjawab bersama dan hasilnya adalah milik bersama, harus ditanamkan dalam hati, pikiran setiap anggota Suku Bunak demi kebaikan dan kesejahteraan suku Bunak. Suku Bunak sadar akan hal ini maka suku Bunak Bisa Maju. ***

Rabu, Agustus 11, 2010

MEMAHAMAI ARTI NAMA “ POU LIKA” DALAM SUKU BUNAK


*RM. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*



Hari ini, Hari Rabu, pukul 02.30 WITENG, 11 Agustus 2010, cucuku yang kedua, anak perempuan telah lahir di Rumah Sakit Umum Atambua (RUSA).


Dalam adat suku Bunak usai anak lahir, langkah pertama adalah pemberian nama kepada anak yang baru lahir. Pemberian nama secara adat ada aturannya. Cucuku kedua ini dalam adat suku Bunak disebut POU yang berarti anak kedua dalam kebiasaan adat suku Bunak untuk memanggil anak kedua.



Cucuku tidak akan meminum ASI kalau namanya secara adat belum diberikan. Nama kedua sesudah POU harus diberikan. Pemberian nama itu ada aturan tersendiri dalam adat Suku Bunak.


Saat di RUSA nenek dari cucuku ada dan neneknya yang memberikan nama kepada cucunya. Selama pemberian nama, saya selalu mengikuti cara pemberian nama lewat HP. Neneknya menyebut nama-nama leluhur yang dikenakan kepada cucu POU. Dari sekian nama yang disebut dan diberikan kepada cucu POU, hanya satu nama yang diterima dan tepat untuk cucu POU. Selama pemberian nama itu belum tepat cucu Pou selalu menangis dan tidak meminum ASI.


Nama kedua setelah POU yang tepat untuk cucu POU adalah LIKA. Nama Lika ini dikenakan kepada cucu POU sehingga nama cucu POU secara lengkap dalam pemberian nama adat Suku Bunak menjadi POU LIKA. Nama LIKA adalah nama leluhur dari suku Lianain, suku ayah dari cucu POU LIKA ini. Pemberian nama yang tepat kepada cucu dengan nama lengkap POU LIKA ini memberi ketenangan dan kedamaian kepada cucu POU LIKA. Sebelum diberi nama yang tepat cucu POU terus menangis dan tidak mau meminum ASI, sesudah diberi nama secara tepat sesuai petunjuk para leluhur lewat neneknya yang menyebut nama leluhur dari pihak suku mama Suku MONEWALU maupun dari suku Bapa Suku LIANAIN, maka cucu POU LIKA tidak menangis dan langsung meminum ASI.


Nama adalah hakekat dari cucuku yang baru dilahirkan. Nama menyatakan siapa manusia itu. Nama mengabadikan manusia. Dalam nama manusia tetap ada, tetap hidup. Nama yang ditulis akan dikenang selamanya. Nama yang ditulis akan dikenal sepanjang zaman oleh setiap pembaca yang membaca dan menyebut nama itu. Nama adat adalah pengakuan keberadaan adat Suku Bunak. Nama menunjukkan hakekat pemilik nama. Sebutan POU LIKA bagi suku Bunak langsung tahu bahwa anak yang baru lahir dan diberi nama POU LIKA itu adalah anak kedua sah lahir dari kedua orang tua dalam Adat Suku BUNAK dalam sebutan POU dan meneruskan atau mengabadikan leluhur LIKA yang telah meninggal sejak zaman dahulu kala, kini hidup kembali, bangkit kembali dalam diri anak yang memiliki nama LIKA.


Selamat datang di dunia cucu POU LIKA dalam suasana dunia yang bersukacita menyambutmu bersama sukacita ayah dan ibumu tercinta. Sang Pencipta setiap detik memberi cintaNya kepadamu POU LIKA melalui kedua orang tuamu yang dengan penuh cinta mengashimu dengan seutuhnya.


Tentu nenek POU LIKA lebih bersukacita karena kini telah memiliki cucu kedua perempuan. Dalam adat Suku Bunak anak perempuan pasti sangat dicintai kedua orang tua baik dari suku LIANAIN, suku ayah POU LIKA maupun suku MONEWALU, suku mama POU LIKA. Alasan sukacita kedua orang tua karena dalam adat Suku Bunak yang menganut system kekerabatan matrilineal, dalam pardigma adat suku Bunak, anak perempuan mendapat sukacita orang tua secara lebih.


Sukacita kedua orang tua itu karena ada belis dari anak perempuan kelak menjalani hidup berkeluarga. Pihak keluarga ayah POU LIKA akan lebih bersukacita karena mereka akan mendapat belis lebih besar dibanding dengan pihak keluarga ibu POU LIKA. Sukacita dari pihak ibu POU LIKA karena anaknya ini sebagai perempuan, yang akan mendiami di rumah orang tua kelak orang tuanya telah usia lanjut, untuk memelihara dan menjaga serta merawat kedua orang tuanya yang telah berusia lanjut. Anak perempuan tinggal di rumah suku mama sedangkan anak laki-laki kelak berkeluarga tinggal di suku isterinya. Keunikan system kekerabatan matrilineal dalam suku Bunak memberi posisi sentral kepada anak perempuan. ***

KELAHIRAN PUTERI " POU LIKA" DALAM ADAT SUKU BUNAK

*RM. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*

Hari ini, Hari Rabu, pukul 02.30 WITENG, 11 Agustus 2010, cucuku yang kedua, anak perempuan telah lahir di Rumah Sakit Umum Atambua (RUSA).

Dalam adat suku Bunak usai anak lahir, langkah pertama adalah pemberian nama kepada anak yang baru lahir. Pemberian nama secara adat ada aturannya. Cucuku kedua ini dalam adat suku Bunak disebut POU yang berarti anak kedua dalam kebiasaan adat suku Bunak untuk memanggil anak kedua.

Cucuku tidak akan meminum ASI kalau namanya secara adat belum diberikan. Nama kedua sesudah POU harus diberikan. Pemberian nama itu ada aturan tersendiri dalam adat Suku Bunak.

Saat di RUSA nenek dari cucuku ada dan neneknya yang memberikan nama kepada cucunya. Selama pemberian nama, saya selalu mengikuti cara pemberian nama lewat HP. Neneknya menyebut nama-nama leluhur yang dikenakan kepada cucu POU. Dari sekian nama yang disebut dan diberikan kepada cucu POU, hanya satu nama yang diterima dan tepat untuk cucu POU. Selama pemberian nama itu belum tepat cucu Pou selalu menangis dan tidak meminum ASI.

Nama kedua setelah POU yang tepat untuk cucu POU adalah LIKA. Nama Lika ini dikenakan kepada cucu POU sehingga nama cucu POU secara lengkap dalam pemberian nama adat Suku Bunak menjadi POU LIKA. Nama LIKA adalah nama leluhur dari suku Lianaian, suku ayah dari cucu POU LIKA ini. Pemberian nama yang tepat kepada cucu dengan nama lengkap POU LIKA ini memberi ketenangan dan kedamaian kepada cucu POU LIKA. Sebelum diberi nama yang tepat cucu POU terus menangis dan tidak mau meminum ASI, sesudah diberi nama secara tepat sesuai petunjuk para leluhur lewat neneknya yang menyebut nama leluhur dari pihak suku mama Suku MONEWALU maupun dari suku Bapa Suku LIANAIN, maka cucu POU LIKA tidak menangis dan langsung meminum ASI.

Nama adalah hakekat dari cucuku yang baru dilahirkan. Nama menyatakan siapa manusia itu. Nama mengabadikan manusia. Dalam nama manusia tetap ada, tetap hidup. Nama yang ditulis akan dikenang selamanya. Nama yang ditulis akan dikenal sepanjang zaman oleh setiap pembaca yang membaca dan menyebut nama itu. Nama adat adalah pengakuan keberadaan adat Suku Bunak. Nama menunjukkan hakekat pemilik nama. Sebutan POU LIKA bagi suku Bunak langsung tahu bahwa anak yang baru lahir dan diberi nama POU LIKA itu adalah anak kedua sah lahir dari kedua orang tua dalam Adat Suku BUNAK dalam sebutan POU dan meneruskan atau mengabadikan leluhur LIKA yang telah meninggal sejak zaman dahulu kala, kini hidup kembali, bangkit kembali dalam diri anak yang memiliki nama LIKA.

Selamat datang di dunia cucu POU LIKA dalam suasana dunia yang bersukacita menyambutmu bersama sukacita ayah dan ibumu tercinta. Sang Pencipta setiap detik memberi cintanya kepadamu POU LIKA melalui kedua orang tuamu yang dengan penuh cinta mengashimu dengan seutuhnya.

Tentu nenek POU LIKA lebih bersukacita karena kini telah memiliki cucu kedua perempuan. Dalam adat Suku Bunak anak perempuan pasti sangat dicintai kedua orang tua baik dari suku LIANAIN, suku ayah POU LIKA maupun suku MONEWALU, suku mama POU LIKA. Alasan sukacita kedua orang tua karena dalam adat Suku Bunak yang menganut system kekerabatan matrilineal, dalam pardigma adat suku Bunak, anak perempuan mendapat sukacita orang tua secara lebih.

Sukacita kedua orang tua itu karena ada belis dari anak perempuan kelak menjalani hidup berkeluarga. Pihak keluarga ayah POU LIKA akan lebih bersukacita karena mereka akan mendapat belis lebih besar dibanding dengan pihak keluarga ibu POU LIKA. Sukacita dari pihak ibu POU LIKA karena anaknya ini sebagai perempuan, yang akan mendiami di rumah orang tua kelak orang tuanya telah usia lanjut, untuk memelihara dan menjaga serta merawat kedua orang tuanya yang telah berusia lanjut. Anak perempuan tinggal di rumah suku mama sedangkan anak laki-laki kelak berkeluarga tinggal di suku isterinya. Keunikan system kekerabatan matrilineal dalam suku Bunak memberi posisi sentral kepada anak perempuan. ***

ADAT "LASIK WA" SUKU BUNAQ AITOUN



*P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*


Adat kematian suku Bunak sangat kompleks. Satu bagian adat kematian adalah “lasik wa”. Setiap anggota suku yang telah berkeluarga menerima dan melaksanakan adat “lasik wa” ini. Beberapa waktu lalu, ada adat kematian di dalam Suku Bunak di Desa Aitoun, Kecamatan Raihat. Ketua Suku menyampaikan kepada anggota sukunya yang berkeluarga untuk melaksanakan adat “lasik wa” ini. Ketua suku menetapkan jumlah uang yang dikumpulkan oleh setiap anggota suku Bunak yang telah berkeluarga untuk adat “lasik wa”. Ketua suku menetapkan jumlah uang yang dikumpulkan itu sekitar Rp.100.000.- per keluarga. Uang itu untuk membeli Babi yang akan dibunuh dan dimakan bersama anggota suku yang hadir, dalam adat kematian itu.
Secara sosial, anggota suku selalu menyetujui keputusan ketua suku untuk mengumpulkan jumlah uang yang telah ditetapkannya untuk pelaksanaan adat “lasik wa”. Secara psikologis, anggota suku juga melaksanakan itu agar tidak diberi label tidak terlibat di dalam adat “lasik wa” bahkan dijadikan buah bibir dalam kehidupan bersama suku Bunak. Sebaliknya ada cela terungkapnya penolakan dalam diri keluarga-keluarga terhadap besarnya jumlah uang yang harus dikumpulkan untuk adat “lasik wa”. Keluarga – keluarga yang masih yunior, kehidupan ekonomi yang pas-pasan, harus mengumpulkan sejumlah uang yang ditetapkan ketua suku, ada protes atau penolakan dalam hati. Keluarga yang ekonominya baik mengumpulkan uang sama jumlahnya dengan keluarga yang ekonomi kelas menengah ke bawah, adalah sebuah cela yang perlu diisi dengan makhluk keadilan dalam adat “lasik wa” dalam adat kematian suku Bunak.
Keadilan itu penting dilaksakanan oleh ketua suku bagi seluruh anggota keluarda dari suku Bunak, khususnya dalam menetapkan jumlah uang yang harus ditanggung oleh setiap keluarga dalam adat “lasik wa” dalam setiap adat kematian di dalam suku Bunak. Cara sederhana untuk menerapkan keadilan dalam melaksanakan adat “ lasik wa” adalah demikian. Ketua suku perlu mengenal setiap anggota keluarga dalam suku Bunak yang dipimpinnya. Mengenal itu meliputi beraneka aspek kehidupan anggota keluarga dalam suku yang dipimpinnya. Dalam gandengan dengan adat “lasik wa” dalam adat kematian yang tidak dapat dihindari setiap keluarga Suku Bunak ini, ketua suku perlu mengenal pendapatan setiap keluarga anggota sukunya, dengan data pendapatan keluarga dalam sukunya itu, menjadi pegangan atau alasan mendasar bagi ketua suku untuk menetapkan jumlah uang yang harus dikumpulkan setiap keluarga dalam sukunya untuk adat “lasikwa” dalam kematian salah seorang anggota sukunya. Mereka yang kaya menerima beban adat “lasik wa” lebih besar dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Keputusan ketua suku pada umumnya selalu diterima oleh anggota suku yang dipimpinnya. Dengan cara ini, ada cahaya keadilan bersinar dalam adat “lasik wa” sebagai satu bagian dari adat kematian dalam suku Bunak di desa Aitoun, Kecamatan Raihat.
Uang adat “lasik wa” itu biasanya tidak dibelanjakan semua. Masih ada sisi uang adat “lasik wa” dalam sebuah adat kematian dalam suku Bunak. Uang itu diketahui oleh ketua suku dan biasanya dipegang oleh bendahara suku. Laporan transparan atas Keuangan itu kepada anggota suku, dalam “lasik wa” dalam adat kematian itu mempertajam saling percaya di antara anggota suku Bunak. Uang sisa itu dapat disimpan atau ditabung dalam tabungan suku misalnya. Tinggal rencana ketua suku dan bendara dan seluruh anggota suku untuk memanfaatkan uang sisa itu bagi kemajuan dan kesejahteraan seluruh anggota suku Bunak. Sebuah Manajemen hati ketua suku untuk kesejahteraan semua keluarga dalam suku Bunak sangat berarti. ***