Sabtu, April 27, 2013

Teologi Orang Sakit




Homili  SAKRAMEN ORANG SAKIT
Yak 5 : 14 – 16
Mat 8 : 5 – 8. 10.13

IMAN PERSONAL MENYELAMATKAN SESAMA
*P. Beny Mali, SVD*


Petani menyelamatkan kita dari kelaparan. Sopir mengantar kita dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pilot menerbangkan kita dengan pesawat dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pendidik mengantar kita menjadi orang yang berpendidikan. Misionaris mengantar kita menjadi pribadi yang beriman kepada Allah. Orang tua melahirkan kita, mendidik kita, mengantar kita menjadi orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan kita baik sebagai imam, biarawan, biarawati maupun sebagai orang yang menjalani hidup berkeluarga. Orang tua mendoakan kita anak-anaknya untuk keselamatan kita dalam perjalanan hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam perjuangan hidup kita. Kita pun mendokan orang tua kita agar diberi rahmat berkat dan perlindungan Tuhan di dalam setiap langkah hidup mereka. Singkatnya tiada seorang pun dapat hidup seorang diri. Setiap orang hidup bergantung dan tergantung pada sesame baik dalam hidup sosial, psikologis, fisik atau biologis, maupun spiritual.
Kehidupan iman pribadi memiliki aspek sosial. Kepercaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya. Keyakinan kepada Kristus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya.
Yakobus 5 : 14 – 16 mengatakan bahwa doa seorang imam dan orang beriman yang berkumpul mendoakan sesama yang sakit membawa pengampunan atas dosa-dosanya dan membawa keselamatan kepadanya. Doa-doa yang mengalir keluar dari sebuah hati yang jernih, tulus, suci dan murni, sungguh memiliki daya pengampunan dan penyelamatan bagi sesama yang didoakan, teristimewa bagi sesama yang sedang sakit, yang didoakan.
Injil Mateus  8 : 5 – 8. 10.13 berbicara tentang iman seorang perwira romawi kepada Kristus Yesus yang telah bangkit membawa keselamatan bagi hambanya yang terbaring sakit lumpuh. Perwira Romawi itu sebelumnya adalah orang kafir. Kemudian dia beriman kepada Yesus secara radikal. Imannya itu dia ungkapkan dalam permintaannya kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Dia mengatakan, Tuhan katakana sepatah kata saja, maka hamba saya akan sembuh. Yesus sangat heran karena Perwira Romawi itu percaya pada SabdaNya. “Bersabdalah Tuhan, maka hamba saya sembuh”.  Yesus pun bersabda  kepada perwira yang beriman akan SabdaNya itu : “Pulanglah, dan terjadilah padamu sesuai dengan imanmu”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hamba perwira itu.
Kita setiap kali teman kita, anggota keluarga kita, sahabat kita sakit terutama dalam saat-saat kritis, kita memanggil imam memberikan sakramen orang sakit kepada yang sakit. Sakramen orang sakit adalah sebuah sakramen yang diterima oleh orang sakit sebagai pengampunan atas dosa-dosanya, sebagai pemurnian bathin, sekaligus sebagai persiapan rohani bagi perziarahan spiritual orang sakit fisik tetapi untuk sehat secara spiritual. Sakramen Orang Sakit adalah Sakramen yang menghantar orang sakit fisik untuk menuju sehat spiritual dalam kepasrahan total yang membebaskan dan memerdekakan dari segala pamrih duniawi. Sakramen Orang Sakit memberikan kekuatan rohani kepada orang sakit untuk hidup berpasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kehidupan yang kekal.
Sakramen Orang Sakit diberikan kepada orang sakit dala doa bersama dan doa imam. Doa-doa itu lahir dari hati yang tulus bersumber iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit, membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas. (Kis 4:12 tentang hanya dalam nama Yesus ada Keselamatan) dan (Kis 11 : 26 tentang Kekristenan lahir atas dasar universalitas keselamatan Kristus Yesus yang telah bangkit).  Doa kita membawa pengampunan dan keselamatan bagi sesame yang kita doakan secara khusus pada kesempatan ini bagi orang sakit yang sedang kita doakan. Tuhan mendengarkan doa hamba perwira dengan menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Kita yakin dan percaya, pasti Tuhan mengabulkan doa kita bagi sesame yang sakit yang kita doakan ini.


Homili Sakramen Orang Sakit

http://youtu.be/lxKbLUuNuaA




Homili  SAKRAMEN ORANG SAKIT
Yak 5 : 14 – 16
Mat 8 : 5 – 8. 10.13

IMAN PERSONAL MENYELAMATKAN SESAMA
 *P. Beny Mali, SVD*

Petani menyelamatkan kita dari kelaparan. Sopir mengantar kita dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pilot menerbangkan kita dengan pesawat dari satu tempat ke tempat yang dituju. Pendidik mengantar kita menjadi orang yang berpendidikan. Misionaris mengantar kita menjadi pribadi yang beriman kepada Allah. Orang tua melahirkan kita, mendidik kita, mengantar kita menjadi orang-orang yang hebat di dalam perjalanan panggilan kita baik sebagai imam, biarawan, biarawati maupun sebagai orang yang menjalani hidup berkeluarga. Orang tua mendoakan kita anak-anaknya untuk keselamatan kita dalam perjalanan hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam perjuangan hidup kita. Kita pun mendokan orang tua kita agar diberi rahmat berkat dan perlindungan Tuhan di dalam setiap langkah hidup mereka. Singkatnya tiada seorang pun dapat hidup seorang diri. Setiap orang hidup bergantung dan tergantung pada sesame baik dalam hidup sosial, psikologis, fisik atau biologis, maupun spiritual.
Kehidupan iman pribadi memiliki aspek sosial. Kepercaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya. Keyakinan kepada Kristus yang telah bangkit memiliki aspek sosialnya.
Yakobus 5 : 14 – 16 mengatakan bahwa doa seorang imam dan orang beriman yang berkumpul mendoakan sesama yang sakit membawa pengampunan atas dosa-dosanya dan membawa keselamatan kepadanya. Doa-doa yang mengalir keluar dari sebuah hati yang jernih, tulus, suci dan murni, sungguh memiliki daya pengampunan dan penyelamatan bagi sesama yang didoakan, teristimewa bagi sesama yang sedang sakit, yang didoakan.
Injil Mateus  8 : 5 – 8. 10.13 berbicara tentang iman seorang perwira romawi kepada Kristus Yesus yang telah bangkit membawa keselamatan bagi hambanya yang terbaring sakit lumpuh. Perwira Romawi itu sebelumnya adalah orang kafir. Kemudian dia beriman kepada Yesus secara radikal. Imannya itu dia ungkapkan dalam permintaannya kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Dia mengatakan, Tuhan katakana sepatah kata saja, maka hamba saya akan sembuh. Yesus sangat heran karena Perwira Romawi itu percaya pada SabdaNya. “Bersabdalah Tuhan, maka hamba saya sembuh”.  Yesus pun bersabda  kepada perwira yang beriman akan SabdaNya itu : “Pulanglah, dan terjadilah padamu sesuai dengan imanmu”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hamba perwira itu.
Kita setiap kali teman kita, anggota keluarga kita, sahabat kita sakit terutama dalam saat-saat kritis, kita memanggil imam memberikan sakramen orang sakit kepada yang sakit. Sakramen orang sakit adalah sebuah sakramen yang diterima oleh orang sakit sebagai pengampunan atas dosa-dosanya, sebagai pemurnian bathin, sekaligus sebagai persiapan rohani bagi perziarahan spiritual orang sakit fisik tetapi untuk sehat secara spiritual. Sakramen Orang Sakit adalah Sakramen yang menghantar orang sakit fisik untuk menuju sehat spiritual dalam kepasrahan total yang membebaskan dan memerdekakan dari segala pamrih duniawi. Sakramen Orang Sakit memberikan kekuatan rohani kepada orang sakit untuk hidup berpasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa pemilik kehidupan yang kekal.
Sakramen Orang Sakit diberikan kepada orang sakit dala doa bersama dan doa imam. Doa-doa itu lahir dari hati yang tulus bersumber iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit, membawa keselamatan kepada semua orang lintas batas. (Kis 4:12 tentang hanya dalam nama Yesus ada Keselamatan) dan (Kis 11 : 26 tentang Kekristenan lahir atas dasar universalitas keselamatan Kristus Yesus yang telah bangkit).  Doa kita membawa pengampunan dan keselamatan bagi sesame yang kita doakan secara khusus pada kesempatan ini bagi orang sakit yang sedang kita doakan. Tuhan mendengarkan doa hamba perwira dengan menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh. Kita yakin dan percaya, pasti Tuhan mengabulkan doa kita bagi sesame yang sakit yang kita doakan ini.


TEOLOGI AYAH



 Melihat-nya Melihat-Nya
*P. Beny Mali, SVD*




Saya menjalani Tahun pastoral pada tahun 2001 – 2002. Waktu itu setiap minggu pagi sebelum Perayaan Ekaristi selalu dilaksanakan Sekolah Minggu. Pada satu kesempatan, saat saya menghadiri sekolah minggu, ada pertanyaan guru sekolah minggu kepada anak-anak sekolah minggu demikian. Seperti siapakah Allah itu? Satu di antara anak-anak sekolah Minggu memberikan jawaban seperti ini. Allah itu adalah Baik. Dia baik seperti Ayah saya yang selalu berbuat baik kepada saya, kepada mama, kepada kakak-kakak saya. Allah itu seperti Ayah saya yang selalu mengajak kami selalu berdoa bersama keluarga sebelum tidur, sesudah bangun, sebelum makan, sesudah makan, dan selalu memberkati saya sebelum berangkat ke sekolah dan sesudah kembali dari sekolah dan tiba di rumah.  
Pernyataan di atas khususnya jawaban anak di atas bahwa Allah itu seperti ayahnya menunjukkan anak itu menganut teologi ayah. Ayah yang baik terhadap dirinya, memperhatikan kesehatan anaknya, pendidikan anaknya, sabar terhadap anaknya, memberkati anaknya, mendoakan anaknya, memberikan teladan yang baik tanpa kekerasan di dalam keluarga terhadap mam, anak-anak, sebagai media yang membantu dan menuntun anak-anak memahami Allah yang baik hadir di dalam diri ayahnya. Bagi anak itu, Allah itu tidak jauh. Allah senantiasa hadir di dekatnya dalam diri orang tuanya yang secara tulus dan penuh cintakasih memberikan yang terbaik kepada anaknya. Anak melihat orang tua yang penuh cinta kasih, melihat Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Philipus kepada Yesus untuk menunjukkan Bapa kepadanya. Yesus menjawab kepada Philipus. “Telah bertahun-tahun lamanya engkau berada bersama Aku, tetapi engkau tidak mengenal Aku. Barangsiapa melihat Aku, melihat Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa melihat pekerjaan-pekerjaan saya, dia melihat Allah Bapa yang mengerjakan segala sesuatu di dalam diri saya”. Jawaba Yesus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus dengan Bapa adalah Satu.  Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Trinitas. Satu dalam misi dan visi yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas. Barang siapa melihat Yesus, dia melihat Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa menerima Yesus, dia menerima Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa mengimani Yesus, dia mengimani Bapa dan Roh Kudus.
Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan kita dan semua orang langgar batas yang mengimaniNya.  Iman itu dikonkretkan dalam hidup kita dimana saja kita berada. Iman  akan Paskah menjadi nyata dan dialami sesama yang kita jumpai setiap hari jikalau kita hadir sebagai pribadi paskah bukan pribadi yang membawa salib derita bagi sesame. Kita ada dan hadir membangkitkan semangat bagi sesama dan menjadi sukacita dan berkat bagi sesame kita langgar batas-batas buatan manusia. Kita perlu belajar terus menerus “Teologi Ayah” seperti pengalaman anak kecil dalam sekolah minggu di atas.

Homili Sabtu 27 April 2013
Kis 13:44-52
Mzm  98 : 1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14 : 7 - 14

Homili Sabtu 27 April 2013




Saya menjalani Tahun pastoral pada tahun 2001 – 2002. Waktu itu setiap minggu pagi sebelum Perayaan Ekaristi selalu dilaksanakan Sekolah Minggu. Pada satu kesempatan, saat saya menghadiri sekolah minggu, ada pertanyaan guru sekolah minggu kepada anak-anak sekolah minggu demikian. Seperti siapakah Allah itu? Satu di antara anak-anak sekolah Minggu memberikan jawaban seperti ini. Allah itu adalah Baik. Dia baik seperti Ayah saya yang selalu berbuat baik kepada saya, kepada mama, kepada kakak-kakak saya. Allah itu seperti Ayah saya yang selalu mengajak kami selalu berdoa bersama keluarga sebelum tidur, sesudah bangun, sebelum makan, sesudah makan, dan selalu memberkati saya sebelum berangkat ke sekolah dan sesudah kembali dari sekolah dan tiba di rumah.  
Pernyataan di atas khususnya jawaban anak di atas bahwa Allah itu seperti ayahnya menunjukkan anak itu menganut teologi ayah. Ayah yang baik terhadap dirinya, memperhatikan kesehatan anaknya, pendidikan anaknya, sabar terhadap anaknya, memberkati anaknya, mendoakan anaknya, memberikan teladan yang baik tanpa kekerasan di dalam keluarga terhadap mam, anak-anak, sebagai media yang membantu dan menuntun anak-anak memahami Allah yang baik hadir di dalam diri ayahnya. Bagi anak itu, Allah itu tidak jauh. Allah senantiasa hadir di dekatnya dalam diri orang tuanya yang secara tulus dan penuh cintakasih memberikan yang terbaik kepada anaknya. Anak melihat orang tua yang penuh cinta kasih, melihat Allah yang Maha Baik dan Maha Kasih.
Injil hari ini menampilkan pertanyaan Philipus kepada Yesus untuk menunjukkan Bapa kepadanya. Yesus menjawab kepada Philipus. “Telah bertahun-tahun lamanya engkau berada bersama Aku, tetapi engkau tidak mengenal Aku. Barangsiapa melihat Aku, melihat Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa melihat pekerjaan-pekerjaan saya, dia melihat Allah Bapa yang mengerjakan segala sesuatu di dalam diri saya”. Jawaba Yesus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus dengan Bapa adalah Satu.  Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Trinitas. Satu dalam misi dan visi yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas. Barang siapa melihat Yesus, dia melihat Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa menerima Yesus, dia menerima Bapa dan Roh Kudus. Barangsiapa mengimani Yesus, dia mengimani Bapa dan Roh Kudus.
Kita adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus yang telah bangkit sebagai puncak keselamatan kita dan semua orang langgar batas yang mengimaniNya.  Iman itu dikonkretkan dalam hidup kita dimana saja kita berada. Iman  akan Paskah menjadi nyata dan dialami sesama yang kita jumpai setiap hari jikalau kita hadir sebagai pribadi paskah bukan pribadi yang membawa salib derita bagi sesame. Kita ada dan hadir membangkitkan semangat bagi sesama dan menjadi sukacita dan berkat bagi sesame kita langgar batas-batas buatan manusia. Kita perlu belajar terus menerus “Teologi Ayah” seperti pengalaman anak kecil dalam sekolah minggu di atas.

Homili Sabtu 27 April 2013
Kis 13:44-52
Mzm  98 : 1.2-3ab.3cd-4
Yoh 14 : 7 - 14